BERITAALTERNATIF.COM – Dalam artikel di Rai al-Youm, Abdel Bari Atwan membahas kenapa sejak serangan balasan rudal Perlawanan terhadap agresi ke Masjid Aqsa, Benyamin Netanyahu, dan para sekutu radikalnya hanya bisa bungkam.
Kata dia, sejak penembakan rudal-rudal ke arah permukiman Zionis dari selatan Lebanon dan Palestina (Gaza) secara bersamaan, tak ada reaksi apa pun dari Netanyahu dan mitra radikalnya.
Mereka tak berbicara sedikit pun soal ancaman membunuh warga Arab di Tepi Barat, pencaplokan, atau penghapusan Yordania dari peta. “Yang kami maksud dengan mitra Netanyahu adalah Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich,” tulis Atwan.
Ia menduga rudal-rudal ini telah memberi Netanyahu dan sekutunya pelajaran, membungkam mulut mereka, dan membuat mereka gentar.
“Juga memaksa mereka, untuk pertama kalinya dalam sejarah perseteruan dengan Arab, untuk melarang para pemukim Zionis memasuki pelataran Masjid Aqsa di (10 hari terakhir) bulan Ramadan,” ujarnya.
Lebih penting dari itu, sambung dia, adalah setelah serangan balasan Suriah, agresi Israel ke Suriah, yang sejak awal bulan ini nyaris dilakukan setiap hari langsung berhenti.
“Apa yang telah berubah? Kenapa Netanyahu bersama ancaman-ancaman dan para jenderalnya lenyap dari panggung; orang yang dahulu kerap mengancam akan memusnahkan Hamas dari selatan Lebanon dan mencegahnya membangun basis, serta bersesumbar menghancurkan fasilitas nuklir Iran, yang diklaim sebagai prioritas Pemerintahannya?” sambungnya.
Menurut Atwan, ada lima hal yang memaksa Netanyahu menutup mulutnya: pertama, serangan 34 rudal dari Lebanon untuk pertama kalinya sejak 2006 bersamaan dengan 40 rudal dari Gaza, yang ini membuktikan adanya pengambilan keputusan kolektif untuk membalas segala bentuk agresi ke Masjid Aqsa, Gaza, atau Suriah.
Kedua, klaim Wall Street Journal bahwa Komandan IRGC, Esmail Qaani bertemu dengan Sayid Hasan Nasrallah dan para pemimpin Hamas di Kedubes Iran di Beirut, yang berbarengan dengan ditembakkannya rudal dari selatan Lebanon. Bocoran ini merupakan bukti adanya kesepakatan untuk memberikan tanggapan seragam kepada agresi Israel.
Ketiga, penegasan Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya al-Sinwar bahwa para pejuang akan segera terlibat jika agresi Israel masih berlanjut. Al-Sinwar dan Komandan Izzuddin al-Qassam, Muhammad al-Dhaif adalah orang-orang yang memegang tombol peluncur rudal di Gaza, sama seperti dalam Perang Pedang al-Quds di tahun 2021.
Keempat, penegasan Sayid Nasrallah bahwa segala agresi Israel ke Suriah pasti akan dibalas. Serangan ke Quds juga akan memicu perang besar, sebab Quds adalah “garis merah” dan Tepi Barat adalah perisainya.
Kelima, pemulihan hubungan negara-negara Arab dengan Suriah, juga menjauhnya mereka dari AS serta mendekatnya mereka kepada China dan Rusia. (*)
Sumber: Poros Perlawanan