Search
Search
Close this search box.

Latar Belakang, Masa Kecil, dan Perjuangan Salehuddin Menggapai Mimpi

Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Anggota DPRD Kaltim Salehuddin dilahirkan di Desa Semayang, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada 30 Agustus 1977.

Tempat kelahirannya tersebut tidak tercatat dalam rapor hingga dokumen-dokumen resminya. Dalam dokumen resmi seperti rapor, ijazah, dan kartu tanda penduduk, ia tercatat dilahirkan di Desa Liang, Kecamatan Kota Bangun.

Ia merupakan putra pertama dari pasangan H. Isra dan Hj. Justiah. Adik-adiknya antara lain Muhammad Ridwan, Mirna Hidayati, dan Khairunnisa Aisyah. Ayahnya berprofesi sebagai penjaga sekolah di Desa Pela. Sedangkan ibunya seorang pedagang kecil-kecilan di kampung halamannya.

Saleh, begitu panggilan akrabnya, mengingat ibunya sebagai seorang yang piawai membuat kue-kue khas Kutai. Kue-kue tersebut kemudian dijual ke warga di sekitar rumahnya. “Saya juga dulu berjualan kue,” katanya.

Dia dilahirkan dari keluarga yang berlatar belakang sebagai warga Kukar dengan perekonomian yang sangat pas-pasan. Demi menyambung hidup, ia telah diajarkan bekerja keras sejak belia oleh ayah dan ibunya. “Namanya hidup di lingkungan nelayan, orang-orangnya pasti pekerja keras,” ungkapnya.

Saat memasuki usia sekolah, ia bersama orang tuanya pindah ke Desa Liang. Saleh pun menempuh pendidikan dasar di SDN 021 Desa Liang. Ia juga menimba ilmu pengetahuan di Sekolah Dasar Islam Nurul Ulum Desa Liang.

“Paginya saya sekolah di SDN 021. Sedangkan siangnya di SD Islam Nurul Ulum. Saya lulus di dua sekolah itu tahun 1990,” bebernya.

Setelah lulus dari dua sekolah tersebut, pecinta karya-karya sastra Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo atau Hamka ini melanjutkan pendidikan di MTs Al Falah Kota Bangun dan MAN 1 Kota Bangun. Sejak SD hingga SMA, ia kerap masuk rangking lima besar.

Di sekolah, Saleh aktif di Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kota Bangun dan Pramuka. Sementara di kampung, ia acap mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat desa dan kecamatan.

Kepiawaiannya membuat kaligrafi menyebabkan ia dipercaya untuk mengikuti lomba di MTQ antar desa di Kota Bangun untuk mewakili kampung halamannya. “Di lomba kaligrafi saya sering masuk tiga besar,” ungkapnya. (adv/um)

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT