BERITAALTERNATIF.COM – Bupati Kukar Edi Damansyah menyampaikan pidato dalam rangka peringatan HUT ke-241 Kota Tenggarong pada Rapat Paripurna DPRD Kukar, Rabu (27/8/2023).
Sebagai Ibu Kota Kukar, dia mengharapkan Kota Tenggarong lebih maju dan berkembang karena mencerminkan pembangunan Kukar yang lebih bermartabat dan berkeadilan.
“Diikuti dengan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berbahagia,” ucapnya.
Dia pun memberikan apresiasi kepada DPRD Kukar dan seluruh elemen masyarakat yang turut berkontribusi dan bekerja sama menyukseskan program pembangunan daerah sesuai kapasitas, bidang dan kewenangan masing-masing.
“Semoga apa yang telah kita dedikasikan menjadi catatan amal ibadah yang mendapat keberkahan dan ganjaran yang berlipat dari Allah Swt,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Edi juga menjelaskan sejarah panjang Kota Tenggarong berdiri hingga bisa menginjak usia yang ke-241.
Pembentukan Kota Tenggarong, sambung dia, diawali dengan pendirian Kerajaan Hindu tertua di Indonesia pada tahun 371 Masehi.
Menurut arsip sejarah Kabupaten Kukar, kerajaan itu dinamakan Kerajaan Kutai Martadipura yang terletak di Bukit Berubus, Muara Kaman Ulu.
Pada abad ke-14, berdiri Kerajaan Kutai Kartanegara di Jahitan Layar atau dikenal dengan sebutan Kutai Lama, yang dipimpin oleh Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Selanjutnya, pada abad ke-17, di masa pemerintahan Raja Kutai Kartanegara yang ke-8 Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa, ia mengambil alih Kerajaan Kutai Martadipura.
“Sehingga Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura,” terangnya.
Kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura meliputi hampir seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
Selama kurang lebih 7 abad kejayaan kerajaan tersebut, sudah dua kali mengalami perpindahan pusat pemerintahan.
Pada pemerintahan Raja ke-14 Aji Sultan Muhammad Idris tahun 1973, pusat pemerintahan kerajaan di Kutai Lama dipindah ke Pematangan di wilayah dalam Sungai Jembayan.
Kemudian, pada 28 September 1782, di masa pemerintahan Raja ke-15 Aji Muhammad Muslihuddin atau dikenal dengan nama Aji Imbut, pusat pemerintahan dipindahkan ke Tepian Pandan.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Raja ke-19 Sultan Aji Muhammad Parikesit, nama Tepian Pandan diganti menjadi Tangga Arung yang artinya Rumah Raja.
“Hingga saat ini lebih populer dengan sebutan Tenggarong,” pungkas Edi. (mt)