Oleh Lukman A Sya
Kucium turbah yang dingin dalam doa sendiri
Ada jejak semut anak-anak yatim piatu antara dinding dan ingin
saat mampir sembahyang dan nafas imanku naik-turun
Dari balik jendela, kabut tebal bagai anak selimut
diurai angin lari ke lereng Gunung Pangrango
Aku pandang kotak kesepian dipajang di pojokan
menunggu uang turun dari langit yang Mahatinggi
Pada gelombang amuk
ketika buih jadi batu remuk
Berlayarlah, duhai sahabatku
Anak-anak pahatu
ke nusa cintaNya. Ke dzikir rinduNya
Pada air doa yang membentuk riak
Riak itu menepikan salam anak sonder Ibu-Bapak
Yang dalam surau mengaji, yang dalam perahu perjalanan
Surau perahu berlayar bawa kisah-kisah rasa
Cinta anak-anak memuncak
di bentangan harapan dan pengetahuan
di mana ikan-ikan pun adalah keyakinan
Bulan jatuh nungging ke balik gunung
cahayanya mengarsir wajah anak-anak
yang kepalanya geleng ke kiri oleng ke kanan:
La Ilaha Illa Allah
Cisaat – Sukabumi, 2005