Samarinda, beritaalternatif.com – Keterlambatan penyelesaian proyek infrastruktur milik Pemprov Kaltim kembali mendapat sorotan dari Komisi III DPRD Kaltim. Salah satunya RSUD Korpri Kaltim di kawasan Stadion Sempaja Samarinda.
Belakangan, pembangunan RSUD Korpri memang ramai diperbincangkan publik. Sebab lokasinya yang terletak di kawasan rawan banjir. Durasi pembangunan juga terbilang pendek. Baru dimulai pada September dan harus tuntas pada Desember.
Sampai saat ini, perkembangan dari pembangunan rumah sakit itu masih 50-60 persen. Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Hasanuddin Mas’ud menjelaskan bahwa faktor utama keterlambatan itu datang dari curah hujan tinggi yang kerap kali turun belakangan ini.
“Curah hujan yang tinggi, bahan materil yang susah, dan seterusnya. Ya mungkin karena keterlambatan penurunan anggaran atau pembahasan anggaran. Jadi, dampaknya seperti saat ini,” beber Hasan kepada awak media baru-baru ini.
Menurutnya, pembangunan ini sudah terlambat karena akhir tahun segera tiba. Pembangunan yang masih 50 persen dan ditambah masalah yang sama yang terjadi secara berulang. Namun tetap tak ada antisipasinya.
Hasan turut menilai terkait keterlambatan ini juga dipengaruhi karena sejak awal perencanaan pembangunan RSUD Korpri, tak pernah ada pembahasan antara pihaknya dengan Komisi III DPRD Kaltim.
Walhasil, seperti sekarang, Komisi III hanya bisa melihat dan meninjau perkembangan pembangunan RSUD Korpri itu. Dia mengharapkan, ke depan jika ada pembangunan yang berhubungan dengan kemitraan maka dibahas pula dengan skema kemitraan. Agar bisa terbangun komunikasi sejak awal.
Sementara itu, Project Manager PT Telaga Pasir Kuta (TPK) Erik Hermanus menjelaskan terkait hambatan yang dialami selama proses pembangunan berlangsung. Pertama, karena adanya perubahan panjang tiang pancang. Sebelumnya, tiang pancang yang dibutuhkan sepanjang 12 meter.
Namun, pada saat uji sondir, PT TPK mendapat lokasi dengan kedalaman lapisan tanah sepanjang 24 meter. Lalu, kondisi lahan yang berlumpur dan curah hujan tinggi. Akibatnya pemancangan mengalami kendala.
“Jadi, pada saat pemancangan pun kami mengalami kendala dengan lumpur. Kami juga sempat tergenang karena banjir. Ketiga, kami juga sempat kelangkaan material. Kemudian, yang terbesar adalah sesuai gambar yang ada, kami ada penambahan kontrak. Nilai awalnya Rp 43 miliar menjadi Rp 46 miliar,” jelas Erik.
Dijelaskan Erik, perkembangan pembangunan baru mencapai 61,41 persen. Sejumlah upaya terus digencarkan. Mulai percepatan pekerjaan, percepatan pengadaan material sesuai dengan pengajuan material yang disetujui, penambahan jam kerja, dan tenaga kerja.
“Ini sudah struktur, sedang membuat lantai tiga, dan kami tiap dua hari ngecor. Tapi sekarang material aman. Sekarang kami sedang kejar, progres-nya sudah 61, 41 persen. Rencana terdekat harus 62,17 persen,” lanjut Erik.
Bicara soal keterlambatan, Erik mengaku bahwa pihaknya sudah mengajukan surat permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan pembangunan selama dua bulan. (Ang)