BERITAALTERNATIF.COM – Nama Marwan tidak asing lagi di dunia perpolitikan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Setelah berkarier di sejumlah partai politik, mantan Ketua DPD Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Kukar itu kembali terjun ke dunia politik di partai yang berbeda.
Saat ini, Wakil Ketua DPRD Kukar periode 2004-2009 dipercaya menjadi Ketua Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Kukar.
Marwan memilih menjadi pimpinan partai baru ini karena dia merasa berpolitik adalah soal kenyamanan.
Partai sebelumnya dinilainya sebagai partai dengan kepemimpinan yang kurang sehat.
Meski demikian, ia tidak menyesal pernah membesarkan partai dengan perolehan dua kursi di DPRD Kukar tersebut.
Pada Desember 2022 lalu ia memutuskan untuk hengkang dari Partai Nasdem Kukar.
“Ketika saya menghuni partai sebelumnya, isu pergantian itu tidak ada hentinya. Saya merasa tidak ada ketenangan lagi di dalam partai ini, sehingga saya memutuskan untuk mundur Desember lalu,” ungkap Marwan, Rabu (31/5/2023).
Marwan mengaku tak menyesal karena telah bergabung dan memimpin partai yang diketuai oleh Surya Paloh tersebut.
Sebagai politisi yang masih memegang teguh etika berpolitik, sejak bergabung dengan Nasdem Kukar, dia diminta dengan baik untuk menjadi ketua dan membentuk kepengurusan.
Setelah marak isu pelengseran di internal partai, ia pun memutuskan untuk mundur dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Nasdem Kukar, partai yang pimpinnya sejak delapan bulan sebelum Pemilu 2019, kemunculannya di Kukar dianggap hanya sebagai partai kecil yang tidak berpengaruh di masyarakat.
Berkat kerja keras tim di lapangan, kata Marwan, partai tersebut kini memiliki dua orang perwakilan di DPRD Kukar.
“Dulu di Kukar, Nasdem tidak dianggap apa-apa. Setelah dibangun dan konsolidasi alhamdulillah kita dapat dua kursi. Itu luar biasa bagi partai baru. Dulu saya susun dan lantik pengurus hanya delapan bulan sebelum Pemilu,” ungkapnya.
Sebelum berlabuh ke PKN Kukar, ia ditawarkan untuk menjadi Pengurus Nasdem Kaltim.
Marwan berkomitmen menjadikan politik harus disertai rasa nyaman. Ia pun menolak menjadi pengurus Nasdem Kaltim.
Apalagi, isu pergantian kepemimpinan di Nasdem telah beredar saat dia berusaha mengembangkan partai tersebut.
“Saya memilih untuk mengalah. Saya bisa saja memaksa untuk jadi ketua sampai selesai, tapi apa artinya kalau saya tidak direspons positif?” katanya.
“Saya berjuang untuk memenangkan Pemilu 2024, apa artinya kalau saya diganti lagi? Dari pada saling menyalahkan, kalau mereka mau silakan ambil biar saya mengalah,” sambungnya.
Marwan tak keberatan diganti dari kursi Ketua Partai Nasdem Kukar. Hanya saja, pergantian tersebut akan diterima dengan lapang jika dilakukan melalui mekanisme organisasi yang sehat, beradab, dan beretika.
Sebelum bergabung di PKN Kukar, Marwan mengaku mendapatkan tawaran dari lima ketua partai di Kukar untuk bergabung dan menjadi bagian penting dalam partai-partai tersebut.
Namun, jika memilih salah satu dari antara tawaran tersebut, ia merasa akan menyinggung perasaan pengurus partai-partai yang ditolaknya.
“Saya dengan beberapa ketua partai yang menawari saya bergabung, kami berteman baik tanpa ada embel-embel. Saya tidak memilih karena saya menjaga perasaan. Saya masih ingin berteman dengan kelimanya. Karena saya berteman, maka semuanya saya tolak,” katanya.
Dengan alasan kenyamanan, Marwan pun memutuskan untuk menakhodai PKN Kukar. Selain itu, pimpinan partai tersebut dinilainya sebagai tokoh yang intens berkomunikasi dengannya.
Sebagai partai baru, Marwan meyakini PKN merupakan partai politik yang nyaman untuk dibesarkan di Kukar. Pasalnya, di PKN tidak muncul riak-riak perebutan kekuasaan.
Ia juga memilih bergabung di PKN karena partai tersebut merupakan perahu politik yang mengajak bergotong royong untuk membangun bangsa dan negara.
Marwan menilai semua partai di Indonesia tidak memiliki perbedaan berarti. Hanya saja, yang membedakan partai-partai tersebut adalah siapa pemimpin dan pengurusnya.
Kata dia, partai politik adalah salah satu alat berdemokrasi. Marwan berpesan kepada generasi muda Kukar agar tidak alergi terhadap politik dan partai politik.
Ia menyebutkan, semua persoalan menyangkut hajat hidup orang banyak di daerah ini tidak terlepas dari keputusan yang diambil para politisi dan partai politik.
Karena itu, agar Kukar menjadi lebih baik, menurut dia, generasi muda dan orang-orang baik harus terlibat dalam gelanggang politik.
“Kalau kita menjauh dari politik, sangat sulit kita menyuarakan apa yang mau kita lakukan. Kalau di dalam, kita bisa berdebat untuk memutuskan keinginan masyarakat yang kita wakili,” ucapnya.
Ia mengakui bahwa tak sedikit warga yang trauma dengan janji-janji politik. Marwan pun mengamini masih ada beberapa calon anggota legislatif yang tidak baik, begitu pun para pemilihnya.
Dia menyarankan masyarakat tak memilih wakil rakyat yang tidak bisa menyerap aspirasi masyarakat yang diwakilinya di Pemilu 2024.
“Kalau ingin Kukar lebih baik, maka pilihlah wakil rakyat yang kita anggap mampu berjuang dan berbuat yang terbaik buat rakyat,” pesannya.
“Kita pilih mereka artinya kita yakin dia bisa mewakili kita. Kalau ada politisi yang menjadi wakil kita tapi tidak bisa berbuat, saran saya jangan dipilih lagi,” tegasnya.
Marwan memahami politik sebagai seni. Karena politik adalah seni, sampai saat ini ia masih menikmati perjuangan di dunia politik.
Dia berpendapat bahwa politik adalah seni mengatur strategi. Kemudian, politik adalah seni membantu orang lain dan seni menyelesaikan masalah rakyat.
Dengan hobi yang digelutinya sejak menjadi mahasiswa, ia pun merasa bahwa politik sudah menjadi passion dalam dirinya.
Pada Pemilu 2024, Marwan memantapkan diri maju menjadi calon anggota DPRD Kaltim dari Dapil Kukar.
Ia akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kukar sehingga dia bisa dikenal lebih luas sebagai calon anggota legislatif dari PKN.
Pada Pemilu 2024, ia menargetkan PKN Kukar mendapatkan enam kursi di DPRD Kukar. Sementara di DPRD Provinsi Kaltim, ia mematok target bisa memperoleh satu kursi dari Dapil Kukar. (rh/fb)