BERITAALTERNATIF.COM – Lahir di sebuah desa terpencil bernama Desa Sangari, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Yunus kecil merupakan anak dari seorang petani. Ayahnya lulus dari sekolah rakyat dan ibundanya tidak mengenyam pendidikan.
Ada sebuah kisah menarik mengenai penentuan tanggal lahirnya. Pada waktu kelahirannya, belum ada pendataan mengenai tanggal lahir setiap anak. Sehingga anak-anak yang lahir sebelumnya dari NTB hanya mengetahui tahun kelahiran mereka.
Namun, Yunus kecil menjadi orang pertama yang didata menggunakan tanggal dan bulan kelahiran. Dia ingat saat itu seorang guru bertanya padanya, “Pada musim apakah kamu lahir? Apakah musim hujan atau musim kemarau?”
Dalam ijazahnya tercantum tanggal 5 Mei 1974 sebagai tanggal kelahirannya, namun menurut pengakuan orang tuanya, terdapat selisih beberapa tahun dari tahun asli kelahirannya.
Masa Sekolah
Yunus memulai pendidikan di Sekolah Dasar Desa Sangari. Saat itu, sekolah dibagi menjadi dua: sekolah dasar negeri dan sekolah dasar inpres yang dibangun oleh pemerintah Soeharto.
Uniknya, dia tidak menjalankan pendidikan dasarnya selama 6 tahun seperti anak-anak pada umumnya. Dari kelas 1 ia naik ke kelas 3, mengingat saat itu anak-anak yang bisa membaca, menulis, mengerti sistem tambah, kurang, dan kali bisa dinaikkan ke kelas 3. Yunus juga tidak mengikuti kelas 4. Dia langsung duduk di kelas 5 dan 6 serta lulus pada tahun 1984.
Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Bajo selama satu semester sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Makassar. Ia merantau bersama sang kakak.
Yunus pun melanjutkan sekolahnya di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan tersebut. Mengingat proses perpindahan sekolah antar-provinsi yang sulit, dia memilih untuk masuk ke SMP Muhammadiyah yang merupakan sekolah swasta. Di sanalah ia pertama kali mengenal organisasi.
Setelah lulus, Yunus mendaftarkan diri di SMA Negeri 1 Makassar, namun belum sampai satu semester, sang kakak dipindahkan ke Kalimantan. Yunus pun tinggal sendirian di Makassar. Orang tuanya kemudian memutuskan untuk membawanya kembali ke kampung halamannya.
Ia pun masuk ke SMA PGRI Bima. Selama SMA, Yunus selalu mendapatkan peringkat satu atau dua di sekolahnya serta tidak pernah bergeser dari posisi tersebut.
Pada tahun 1990, dia berhasil menyelesaikan pendidikan SMA dan melanjutkan sekolah di Universitas Mulawarman Samarinda melalui Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) yang merupakan bagian dari beasiswa pemerintah saat itu.
Perjalanan Yunus tidaklah mudah. Selama lebih dari satu bulan ia berkelana mulai dari Bima, Makassar, hingga akhirnya tiba di Kalimantan sebab saat itu perjalanannya menggunakan kapal dagang yang memakan waktu hampir dua minggu. Sesampainya di Kalimantan, proses perkuliahan sudah dimulai dan sedang berjalan sehingga dia tidak bisa lagi bergabung dan diterima di kampus ternama di Kaltim tersebut.
Yunus yang telah bertekad untuk pantang pulang sebelum menjadi orang sukses tidak lantas patah semangat. Saat itu, untuk mengirimkan sebuah surat ke Bima dibutuhkan waktu hingga dua bulan. Dia berpesan kepada orang tuanya bahwa ia akan pulang setelah menjadi orang sukses.
Karena tidak bisa lagi melanjutkan pendidikan tinggi, Yunus memilih bekerja. Pada tahun 1991, pilihannya jatuh pada sebuah perusahaan karet dan coklat: Hasfarm juga HTI.
Pada tahun 1992, ia bergabung bersama sejumlah tokoh masyarakat untuk mendirikan sekolah di Jonggon A Kecamatan Loa Kulu bernama SMP Wiyata Bakti, yang sekarang telah menjadi sekolah negeri.
Pada 1994, ia mulai mengikuti Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) dan mengambil bidang teknik listrik mengingat saat SMA ia mengambil jurusan IPA. Pelatihan yang seharusnya berlangsung selama 6 bulan itu berhasil diselesaikannya hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan. Mereka yang saat itu berhasil menyelesaikan pelatihan selama tiga bulan dan meraih peringkat 1 hingga 3 dijanjikan akan dimasukkan di perusahaan. Yunus yang berhasil mendapat peringkat terbaik 2 dikirim ke perusahaan batu bara. Dia ditempatkan di bagian elektrik.
Pendapatannya dari perusahaan itulah yang digunakannya sebagai modal untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi sesuai dengan rencana awal kedatangannya ke Kalimantan.
Ia memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Kaltim sekitar akhir tahun 1995. Pada tahun 1998, Yunus telah berhasil menyelesaikan skripsinya.
Organisasi dan Karir
Dalam perjalanannya, pada tahun 1996 Yunus memilih bergabung ke sebuah organisasi eksternal kampus bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) angkatan jihad yang berada di Loa Buah Komisariat IKIP PGRI Samarinda HMI Cabang Samarinda.
Saat itu, pengaderan di Loa Buah terkenal sangat keras sebab master of training berasal dari Makassar dan Bulaksumur. Pengaderan ini berlangsung selama 12 hari.
Pada tahun yang sama pula Yunus tergabung dan menjabat sebagai Ketua Bidang Lembaga Dakwah Senat Mahasiswa (Sema) IKIP PGRI Samarinda periode 1996-1997.
Sekitar 1997-1998, dia kembali menjabat sebagai Sekretaris Umum Sema IKIP PGRI Samarinda sebelum akhirnya menjadi Ketua Umum Sema IKIP PGRI Samarinda pada 1998-1999.
Pada tahun ini juga ia mendapat kesempatan untuk menjadi kandidat ketua umum HMI Cabang Samarinda bersama dua orang lainnya. Namun, ia berakhir dengan mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Bidang PAO HMI Cabang Samarinda dan Pemateri Nilai Identitas Kader atau Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NIK/NDP) setelah lulus up grading NIK tingkat nasional pada tahun 1998.
Pada tahun 1999-2000, Yunus menjadi orang pertama yang menginisiasi pendirian Lembaga Pengelola Latihan (BPL). Dia menjabat sebagai direktur BPL HMI Cabang Samarinda. Ia juga menjadi orang pertama yang mendirikan perpustakaan cabang tersebut.
Yunus yang saat itu tergabung di HMI yang juga menjadi bagian dari Cipayung bersama 4 organisasi eksternal lainnya dibaiat atau disumpah untuk tidak bergabung di pemerintah.
Namun, di antara kawan sejawatnya sebagai aktivis 1998, ia dan satu orang lainnya memilih untuk masuk ke pemerintahan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pada tahun 2001, ia datang ke Tenggarong dan menjadi guru di SMP Negeri 4 Loa Tebu. Meski berkuliah di jurusan IPS, Yunus juga mengajar sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris, Agama Islam, hingga Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Hal ini disebabkan pada masa itu terdapat program Asian Development Bank untuk merekrut sarjana yang ingin menjadi guru karena saat itu Kutai Kartanegara (Kukar) mengalami kekurangan tenaga pengajar. Guru-guru yang belum sarjana dikuliahkan melalui dana dari bank tersebut.
Yunus berkiprah sebagai guru di SMP Negeri 4 Loa Tebu terhitung sejak 2001 hingga 2022. Ia baru diangkat sebagai PNS pada tahun 2007. Kurang lebih 21 tahun ia mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik di sekolah tersebut. Meskipun pada tahun 2006 dia masih seorang guru honorer, Yunus diberi kepercayaan oleh kepala sekolah saat itu sebagai wakil bidang kesiswaan.
Sebagai seorang pengajar, dia turut bergabung dalam kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan bergabung di Induk IPS mengingat ia adalah sarjana IPS.
Ia bergabung di MGMP pada tahun 2007 dan diberikan kepercayaan sebagai Sekretaris Umum MGMP IPS Kukar. Selang beberapa tahun, mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2022, Yunus menjabat sebagai Ketua Umum MGMP IPS Kukar. Pada tahun 2012, Yunus kemudian terpilih menjadi Ketua Umum MGMP seluruh Mata Pelajaran dengan total 12 mata pelajaran. Kala itu, ia terpilih secara aklamasi. Jabatan itu masih diembannya hingga saat ini.
Kegiatan MGMP meliputi penanganan guru mata pelajaran terkait pengembangan dan peningkatan kompetensi guru seperti pengelolaan kelas, teknik mengajar, pembuatan modul ajar hingga rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pada tahun 2012, Yunus dikirim pertama kali oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan menjadi instruktur guru mata pelajaran IPS terpadu dalam penyusunan program pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan bidang IPS selama 12 hari di Malang, Provinsi Jawa Timur.
Ia mengikuti seleksi tersebut dan keluar dengan peringkat 2 nasional. Dari sanalah ia mulai menjadi narasumber nasional untuk pembelajaran, khususnya IPS. Setelah tahun 2012, muncul kegiatan guru pembelajar dan Yunus menjadi salah satu instruktur nasional di sana.
Lalu muncul pula pengembangan kompetensi berkelanjutan tahun 2016-2017. Yunus kembali terpilih sebagai salah satu instruktur nasional untuk mata pelajaran IPS. Ia terpilih kembali pada tahun 2019. Dia menangani wilayah hulu mulai dari Muara Kaman, Muara Wis, Muara Muntai, Kota Bangun, Kenohan, Kembang Janggut, hingga Tabang.
Sekitar tahun 2018, ia tergabung dalam program Tanoto Foundation yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kukar. Ini adalah perusahan filantropi yang salah satu programnya adalah program pengembangan kompetensi guru untuk pendidikan.
Waktu itu dilakukan seleksi terhadap 97 guru untuk menjadi fasilitator pembelajaran dan hanya akan terpilih 2 orang. Salah satu yang diterima dan lolos dari seleksi dengan beberapa tahap tersebut adalah Yunus dan seorang guru dari madrasah tsanawiyah. Dari sanalah ia menjadi fasilisator di Tanoto Foundation hingga sampai pada posisi fasilisator nasional dalam program perusahaan tersebut.
Pada 17 Oktober 2022, Yunus pertama kali dilantik sebagai kepala sekolah dan ditempatkan di SMP Negeri 6 Tenggarong. Lalu pada 18 Oktober 2023, Yunus dilantik kembali menjadi kepala sekolah di SMP Negeri 2 Tenggarong.
Guru Penggerak
Pada akhir tahun 2019, Yunus bersama beberapa guru dipanggil oleh Kasi Pengembangan Peningkatan Mutu Kurikulum Jenjang SMP Disdikbud Kukar. Mereka menyusun program Kukar Pintar. Program ini dibuat untuk menangani anak-anak yang loss learning di masa pandemi Covid-19. Mereka membuat pembelajaran berbasis live streaming pertama se-Indonesia untuk jenjang SMP yang bisa diakses oleh semua orang di seluruh Indonesia melalui kanal YouTube Kukar Pintar di bawah naungan Disdikbud Kukar.
Pada bulan Ramadhan, mereka juga mengadakan kegiatan-kegiatan daring seperti ceramah hingga materi seputar kesehatan. Aktivitas ini terus berlangsung hingga tahun 2020.
Selain itu, mereka yang tergabung dalam program Kukar Pintar menyusun RPP yang diajarkan secara daring serta menyusun materi tersebut dalam bentuk power point dan membuat video pembelajaran.
Kemudian pada tahun 2020, dimulailah seleksi pertama guru penggerak. Yunus pun mendaftar sebagai calon pengajar setelah melihat dan mempertimbangkan syarat-syarat yang diberikan bersama 167 pendaftar lainnya yang berasal dari Kaltim.
Setelah melalui proses seleksi, terpilihlah dua orang, termasuk Yunus, pengajar praktik guru penggerak pertama untuk wilayah Kaltim di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah naungan Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru sebagai penanggung jawabnya selama 9 bulan. Yunus pun diberi kepercayaan sebagai Koordinator Guru Penggerak Wilayah Kukar.
Selama kegiatan guru penggerak, terjadi pergantian kepala Disdikbud Kukar. Salah satu programnya adalah membuat program inovatif. Kukar Pintar yang saat itu masih terus eksis kemudian diberikan payung hukum berupa Peraturan Bupati Kukar yang diperjuangkan kurang lebih selama dua bulan.
Kukar Pintar pun berubah nama menjadi Komunitas Belajar Kukar Pintar Idaman (KBKPI). Komunitas yang semula hanya dikhususkan untuk jenjang pendidikan SMP ini kemudian diperluas jangkauannya hingga ke jenjang SD dengan total guru yang dilantik sebanyak 43 orang: 20 guru SD, 20 guru SMP, dan 3 tim ahli IT.
Pada awal pembentukan KBKKPI, Yunus terpilih menjadi koordinator jenjang SMP. Intensitas kegiatannya pun bertambah jauh lebih banyak. Mereka melakukan pendampingan kepada guru-guru untuk mengembalikan cara mengajar mereka setelah melewati masa pandemi. Sebelum terjun ke lapangan, Yunus bersama beberapa orang lain belajar untuk menyusun modul pembelajaran Tim Penyusun Modul Kemendikbudristek RI dan dikirim ke beberapa daerah di Indonesia.
Melalui pelatihan tersebut, dia mulai menyusun kegiatan pendampingan guru di setiap kecamatan. Kemudian dibuat zonasi mengingat jumlah sekolah dan penyebarannya yang sangat banyak. Mereka melakukan pendampingan untuk membuat perangkat pembelajaran dan pendampingan mengenai cara mempraktekkan modul ajar serta cara penilaiannya. (*)
Penulis: Hanna
Editor: Ufqil Mubin