Oleh: Dr. Muhammad Husni Fahruddin*
Pemisahan politik dengan dunia olahraga sejatinya tidak akan pernah terjadi, seperti juga pemisahan politik dengan bidang apa pun, bahkan negara sekuler sekalipun yang menyatakan diri bahwa agama tidak mencampuri urusan negara (politik) hanyalah semu karena dalam kenyataannya pemisahan tersebut pun tak lepas dari peran politik.
Indonesia sebagai sebuah negara, tak patutlah tunduk dengan sebuah organ yang bernama FIFA, yang memiliki sederet aturan main dengan standar yang absurd, sedangkan Indonesia sebagai negara yang memiliki aturan baku yang disebut konstitusi, wajib untuk tidak dilanggar, yakni melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Jeritan tangis kekecewaan anak muda yang tergabung dalam Timnas U-20 untuk memiliki asa di piala dunia, wajar! Karena mereka belum memahami, lebih penting mana antara menciptakan perdamaian dunia dibanding menjadi juara dunia sepak bola (bilamana kita anggap Indonesia menjadi kampiun).
Ratusan tahun Indonesia dijajah, seharusnya bangsa kita sangat memahami rasa itu, rasa yang menyelimuti bangsa Palestina. Karena saat Indonesia terjajah, Palestina ikut merasakan dan membantu secara moril dan materiil kemerdekaan bangsa Indonesia, sejarah mencatat dan tampaknya akan kita lupakan.
FIFA adalah antek Zionis Israel, kumpulan negara-negara penjajah yang mencap dirinya sebagai tuhannya sepak bola, merekalah yang menentukan segala sesuatunya tentang olahraga terpopuler ini, yang memainkan peran antara politik dan olahraga sesuai kepentingannya.
FIFA bak dewa, akan dengan mudah mengatur siapa yang mau untuk diloloskan di Piala Dunia U-20 kali ini, termasuk Israel. Apakah hal ini sebuah keberuntungan Israel? Karena sejatinya tidak ada yang beruntung di dunia olahraga yang penuh politisasi ini.
Israel lolos karena sebuah grand design, untuk mengubah mindset dan mengakui keberadaan Israel sebagai sebuah negara melalui perspektif olahraga, layaknya narkoba (bola bisa membuat lupa diri) yang disuntikkan ke negara-negara di dunia, yang selama ini menentang Israel dan selalu mendukung kemerdekaan Palestina.
Indonesia sebagai megara Muslim terbesar di dunia dan selama ini paling getol memperjuangkan kedaulatan Palestina bahkan secara mandiri tanpa bantuan negara, rakyat Indonesia selalu berempati dengan rakyat Palestina, momentum ini telah berhasil memanipulasi pola pikir rakyat Indonesia, bahwa hari ini menerima Israel sebagai peserta U-20 bukan berarti tidak mendukung Palestina. Zionis Israel sukses menjadi champion Piala Dunia U-20 sebelum pertandingan dimulai, karena target Israel bukanlah kejuaraannya, tapi kemenangan politiknya.
Mengubah paradigma agar mengakui Israel sebagai sebuah negara bagi bangsa Indonesia tidaklah mudah. Bung Karno secara faktual memiliki pemahaman lebih komprehensif dari seorang Jokowi. Hari ini bukan berapa negative value yang didapatkan Indonesia karena piala dunia gagal terlaksana, Sang Fajar memahami bahwa dengan memberikan toleransi terhadap Israel maka dunia akan tidak baik-baik saja.
Sebaliknya, Zionis Israel melalui FIFA juga secara tersistem mempengaruhi dan mengucilkan Rusia dari negara-negara yang mendukungnya selama ini, melalui dikeluarkannya Rusia dari piala dunia dengan cap penjajah.
Bila FIFA menganggap Rusia sebagai penjajah sehingga wajib untuk dilawan oleh negara-negara di seluruh dunia melalui sepak bola demi menciptakan perdamaian, maka kebijakan yang sama harus juga dilakukan oleh FIFA kepada Israel yang telah menjajah Palestina bahkan secara spesifik bintang sepak bola Palestina Ahmed Daraghma telah ditembak mati oleh Israel. Ke mana FIFA bagi Palestina?
Tampaknya Tuhan masih memihak Indonesia. Logika manusia termasuk Israel dan FIFA dengan menggagalkan Indonesia sebagai tuan rumah maka keuntungan politik maha dahsyat yang didapatkan investor Israel, namun sebaliknya, saat ini Indonesia menjadi sebuah negara berdaulat yang menjadi pelopor dalam menciptakan olahraga bukan saja sepak bola, untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa yang terjajah.
Bangga menjadi bagian dari bangsa yang konsisten memperjuangkan kemanusiaan dan kemerdekaan bangsa-bangsa di muka bumi, terkhusus bangsa dan negara Palestina. (*Tokoh muda Provinsi Kalimantan Timur)