Kukar, beritaalternatif.com – Antrean truk-truk yang mengular untuk mendapatkan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), masih menjadi masalah yang tak kunjung diurai oleh Pertamina dan pemerintah daerah.
Padahal, masalah ini sudah terjadi selama bertahun-tahun. Di lain sisi, antrean terjadi “di depan mata” Pemkab Kukar dan DPRD Kukar. Pasalnya, lokasi antrean yang dilakukan puluhan truk di Tenggarong tak jauh dari kantor dua institusi pemerintah daerah tersebut.
Antrean solar juga kerap dikeluhkan warga Tenggarong. Sebab, truk-truk yang mengantre acap menutup sebagian badan jalan serta akses para pemilik rumah yang berdekatan dengan jalan raya.
Tak sedikit pula keluhan-keluhan mencuat ke publik dari para sopir yang mengaku dirugikan atas antrean solar di sejumlah SPBU yang berlokasi di Tenggarong. Pasalnya, mereka harus menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk mendapatkan solar dari SPBU.
Pada Kamis (3/2/2022) siang, awak media beritaalternatif.com berusaha mewawancarai para sopir truk di SPBU Timbau. Seorang sopir truk yang tak ingin disebut namanya mengaku harus merelakan waktunya selama berjam-jam terbuang sia-sia demi mendapatkan solar.
Ia mengaku sudah beberapa kali tak kebagian solar. Padahal, sopir truk itu telah mengantre selama berjam-jam di jalan raya yang berdekatan dengan Kantor DPRD Kukar.
“Saya kadang antre lama di sini. Karena enggak kedapatan (solar), terpaksa antre lagi di SPBU Bukit Biru,” jelasnya.
Sopir itu menyebutkan, dia bersama teman-temannya acap melihat kendaraan roda empat yang memuat barang, namun kondisinya tak layak, ikut mengantre untuk mendapatkan solar di SPBU Timbau.
Ia pun mempertanyakan hal itu. Sebab, sebagai sopir truk, dia kerap tak mendapatkan solar karena keberadaan mobil-mobil yang dinilainya tak layak tersebut.
Kepolisian memang tak berdiam diri atas kasus tersebut. Anggota Polri sudah beberapa kali melakukan razia untuk menertibkan kendaraan-kendaraan yang mengantre di SPBU.
“Kalau polisi turun, enggak ditemukan satu pun mobil-mobil tadi,” ungkapnya.
Kerap tak kebagian solar setelah mengantre cukup lama, dia terpaksa mengisi bahan bakar dari penjual eceran demi memenuhi kebutuhannya yang acap bepergian ke luar daerah seperti Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
“Kayaknya ada pemain di balik mereka itu,” ucapnya.
Dari pantauan media ini, beberapa sopir yang sedang mengantre untuk mendapatkan solar “membunuh waktu” mereka dengan cara bercerita antar-sesama sopir truk. Sebagian lainnya terlihat tidur di dalam mobil mereka. (*)
Penulis: Arif Rahmansyah