BERITAALTERNATIF.COM – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dan cukup tinggi untuk level rata-rata global meski terus berhadapan dengan dinamika dan volatilitas serta membawa perbaikan bagi Indeks Pembangunan Indonesia.
“Kemiskinan menurun kembali sesudah mengalami kenaikan akibat terjadinya pandemi yang tadinya sudah single digit di 9,4 tahun 2019 melonjak lagi di 10,14. Tapi, kemudian sekarang kita sudah turun di bawah pre-pandemi. Jadi sudah di 9,03 di bawah 2019,” kata dia seperti dilansir Antara pada Selasa (3/9/2024).
Pada Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, ia juga mengungkapkan kemiskinan ekstrem juga terus mengalami penurunan mendekati 0 sesuai dengan target pemerintah untuk 2024.
Dia menerangkan, volatilitas global diwarnai dengan inflasi tinggi secara global, suku bunga melonjak 500 basis poin di Amerika Serikat, serta capital outflow dan dolar AS yang menguat.
Dalam kondisi itu, ekonomi Indonesia pada 2023 mampu tumbuh sebesar 5,05 persen.
“Kita tetap bisa menjaga momentum pertumbuhan dalam pergolakan dan situasi di mana dinamika ekonomi global luar biasa tinggi. Juga terjadinya fragmentasi, terjadi proteksionisme, kenaikan tarif dan menyebabkan perdagangan dunia antarnegara melemah dan global growth yang melemah tadi hanya 3 persen, sementara kita tetap terjaga di 5 persen,” terang Sri Mulyani.
Tingkat pertumbuhan ekonomi itu, lanjut dia, menggambarkan bahwa Indonesia memiliki resiliensi yang tinggi, baik dari sisi komponen pengeluaran dengan konsumsi rumah tangga yang terjaga dan investasi, atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mulai meningkat dengan adanya capital inflow.
Hal tersebut dikarenakan pemerintah terus mendukung pertumbuhan melalui APBN.
Sementara itu dari sisi pemerataan, adanya beberapa indikator perbaikan pertumbuhan maupun secara spasial menyebabkan rasio gini Indonesia juga mengalami perbaikan.
Rasio gini tahun 2024, kata Sri Mulyani, tercatat lebih rendah setelah mengalami kenaikan pada saat terjadinya pandemi, yaitu dari 0,381 menjadi 0,379.
“Tingkat kemiskinan dan pengangguran kita lihat di seluruh wilayah juga mengalami perbaikan. Tentu ini tidak menyebabkan kita berpuas diri karena kalau kita lihat beberapa tingkat kemiskinan di berbagai daerah masih di atas rata-rata nasional dan bahkan di beberapa daerah double digitnya cukup tinggi,” tuturnya. (*)
Editor: M. As’ari