BERITAALTERNATIF.COM – Guru besar King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi Sumanto Al Qurtuby menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Profesor Sir Azyumardi Azra, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah.
“Aktivitas saya hentikan sejenak untuk sekedar mendoakan almarhum. Belum lama kita kehilangan Buya Syafii Maarif, kini Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya,” kata Sumanto di akun Facebook pribadinya sebagaimana dikutip beritaalternatif.com pada Senin (19/9/2022).
Dia mengaku bukanlah murid Ketua Dewan Pers tersebut. Tetapi, keduanya kerap bertegur sapa dan berkirim WA tentang berbagai hal: mulai isu-isu keagamaan-keislaman dan sosial kemasyarakatan hingga persoalan kenegaraan dan Timur Tengah.
Saat buku terakhir Sumanto yang berjudul Terrorism and Counter-terrorism in Saudi Arabia and Indonesia (Palgrave Macmillan, 2022) terbit, Azra mengirim WA cukup panjang.
Almarhum mengucapkan selamat dan ingin berbincang lebih jauh tentang topik ini. Azra juga mengaku menyimak perbincangan Sumanto, yang dipandu Pak Trias Kuncahyono, wartawan senior Kompas, tentang perkembangan mutakhir Arab Saudi.
“Harus saya akui secara jujur, menurutku, tidak ada sarjana Islam Indonesia yang begitu berpengaruh dan dihormati di komunitas akademik internasional karena karya-karya akademiknya, selain Pak Azra,” ujar Sumanto.
Kata dia, ada banyak sarjana Islam atau akademisi yang spesialis di bidang studi keislaman yang hebat di Indonesia, tetapi mereka pada umumnya tidak menulis dalam bahasa Inggris, sehingga tidak banyak dikenal di komunitas akademik luar negeri.
Kalaupun mereka sesekali menulis dalam bahasa Inggris, sambung dia, paling hanya untuk mengejar “kum” (kredit) untuk kenaikan pangkat ini-itu atau mengejar gelar. Bukan karena dorongan intelektual. Bila hasrat mereka sudah terpenuhi, menulis pun ikut pensiun. “Pak Azra bukan tipe demikian,” ujarnya.
“Ingat: saya bicara tentang ‘sarjana’ atau ‘akademisi’ bukan tokoh agama, tokoh ormas, penceramah, pengkhotbah dlsb. Juga, tentang ‘komunitas akademik’ bukan dunia bisnis, politik, pemerintahan, keormasan, dlsb,” sambungnya.
Ia mengungkapkan, Azra sangat dikenal di komunitas akademik internasional (luar negeri) karena mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut sangat produktif menulis (buku, book chapter, artikel jurnal, laporan riset, dan lain-lain) dalam bahasa Inggris. Hingga kini, kata Sumanto, belum ada yang mampu menandingi produktivitasnya.
Salah satu buku klasik nan legendaris Azra adalah The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern ‘Ulama’ in the seventeenth and eighteenth centuries yang merupakan adaptasi dari disertasi doktoralnya di Columbia University, USA.
Buku ini telah mempengaruhi banyak cendekiawan, sarjana, akademisi, penulis, dan peneliti sosial-agama serta dikutip di mana-mana: di buku, jurnal, dan sebagainya.
“Salah satu yang terpengaruh buku itu adalah saya. Bukuku yang berjudul Saudi Arabia and Indonesian Networks: Migration, Education, and Islam (IB Tauris, 2019) salah satunya diinspirasi oleh karya beliau ini,” bebernya.
Belum lama ini, editor Shepherd menguhubungi Sumanto untuk merekomendasikan beberapa buku yang bagus untuk kajian Arabia-Southeast Asian connection, buku Azra salah satu yang direkomendasikannya.
Bukan hanya karya-karya dan produktivitas menulis almarhum saja yang dikagumi Sumanto. Dia juga kagum dengan perhatiannya yang luar biasa terhadap generasi muda, pemikir muda, sarjana muda, dan bahkan calon sarjana. Tidak banyak “seleb akademik” yang perhatian dan peduli terhadap sarjana/akademisi muda.
Dia menyebutkan, Indonesia kehilangan seorang cendekiawan muslim, sarjana Islam, dan sejarawan mumpuni dan disegani di dalam dan luar negeri, seorang tokoh akademisi yang telah banyak berjasa di kancah akademik nasional dan internasional serta turut mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.
“Selamat jalan Pak Azra. Semoga damai di alam baka. Semoga kelak lahir Azra-Azra baru yang meneruskan produktivitas menulismu. Jasadmu kelak mungkin lenyap ditelan bumi tetapi karya-karyamu tetap hidup abadi sepanjang masa,” pungkasnya. (um)