Kukar, beritaalternatif.com – Dalam acara pembacaan surah Yasin, tahlil, dan doa arwah malam ketujuh almarhum Supriyadi Bin Jemani yang diadakan PMD KAHMI Kukar, Minggu (8/8/2021), sejumlah tokoh menyampaikan testimoni terhadap guru, dosen, dan politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Koordinator Presidium KAHMI Kalimantan Timur, HM. Aswin mengungkapkan awal mula perkenalannya dengan Supriyadi.
Saat bertemu dengan almarhum, Aswin kerap memanggilnya dengan “Si Hitam”. Setiap kali berbicara, keduanya acap tertawa terbahak-bahak.
“Sebagai politisi, dia menganut paham yang saya ajarkan dulu: kulit muka harus lebih tebal daripada kulit betis. Makanya dia tidak pernah marah. Ia terlihat ceria setiap kali bertemu orang,” jelas Aswin.
Dia menyebutkan, Supriyadi merupakan politisi yang cerdas dan luwes. Karena itu, ia mampu menaiki tangga karier politik di usia yang sangat muda dengan terpilih sebagai anggota dewan hingga menjadi Wakil Ketua DPRD Kukar.
“Supriyadi ini putra terbaik kita. Dia berhasil selama hidupnya. Dia memiliki peran yang sangat besar,” ucap Aswin.
Sementara itu, Ketua Presidium KAHMI Kukar, Lukman menjelaskan, Supriyadi merupakan kader yang benar-benar memahami dan berusaha mengaplikasikan misi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
“Kita berharap apa yang dilakukan bang Supriyadi ini bisa dilanjutkan oleh teman-teman dan kader-kader yang lain,” imbuhnya.
Di acara yang sama, Ketua DPRD Kukar, Abdul Rasid menjelaskan keseharian almarhum selama bertugas di legislatif.
“Dalam kegiatan sehari-hari, dia bisa menjadi mitra yang sangat penting bagi saya selama menjalankan tugas-tugas di Komisi I dulu. Kontribusi beliau dalam menjalankan tugas kedewanan ini sangat penting dan besar sekali pengaruhnya,” ungkap Rasid.
Ia mengaku kehilangan sosok yang sangat penting dalam menjalankan tugas di DPRD Kukar. Supriyadi juga dinilainya memiliki peran besar dalam mendorong dan mengawal pembangunan di Jonggon.
“Beliau memiliki semangat dan keinginan yang sangat tinggi dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat,” ujarnya.
Kenangan tentang almarhum Supriyadi juga disampaikan seniornya yang dulu bersama-sama dengannya saat berkiprah di DPD PAN Kukar, Marwan.
Tahun 2009, Marwan dan Supriyadi mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kukar. Keduanya berjuang dengan modal minim dan semangat tinggi.
“Akhirnya 2014 saya ada masalah hukum. Satu bulan sebelum pemilihan, keluar surat bahwa saya harus dihukum satu tahun penjara,” ungkapnya.
Setelah itu, Marwan yang kala itu menjabat sebagai Ketua DPD PAN Kukar mendorong Agus Shali dan Supriyadi untuk sama-sama mencalonkan diri sebagai anggota dewan. Ia pun yakin keduanya bisa terpilih sebagai wakil rakyat.
“Waktu itu saya meminta kepada Kejaksaan agar tidak mengeksekusi saya sebelum pemilihan. Saya beralasan, kalau dieksekusi sebelum pemilihan, partai yang kami bangun akan hancur. Saat itu Supriyadi selalu memberikan semangat kepada saya agar menyelesaikan masalah hukum yang saya hadapi,” bebernya.
Sementara itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kukar, Firnadi Ikhsan menyebutkan, Supriyadi merupakan pribadi yang tulus. Hal itu dibuktikan saat ia berteman dengannya.
Dia juga menjelaskan, Supriyadi merupakan organisatoris yang memiliki kemampuan manajerial yang mumpuni. “Ini terbukti dari berbagai kegiatan di DPRD. Beliau sangat rapi dalam menyiapkan dan menjalankan tugas-tugas di DPRD,” ujarnya.
Firnadi mengaku banyak belajar dari Supriyadi. Ia menilainya sebagai pribadi yang sangat optimistis dalam menata masa depan.
“Saya berharap ada kader-kader HMI yang bisa mengikuti rekam jejak beliau dan berjuang untuk kepentingan orang banyak,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama, mantan Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara (FAI Unikarta) Tenggarong, Misran Tahrani mengaku kehilangan sosok yang sangat banyak memberikan inspirasi.
“Mungkin ada di antara kita yang di wajahnya bisa tersenyum, tetapi saya yakin hati kita masing-masing sangat sedih atas kepergian almarhum,” katanya.
Misran menjelaskan, Supriyadi memiliki rekam jejak yang baik. Potensinya sudah terlihat sejak menjadi mahasiswa. Saat di kampus, almarhum pernah menjabat sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FAI Unikarta.
“Kepemimpinannya juga sudah terlihat waktu jadi mahasiswa. Kalau ada masalah dengan seseorang, dia akan mendatangi yang bersangkutan,” katanya.
Almarhum pun dinilainya seorang pribadi yang komplit. Selain sebagai politisi, Supriyadi juga menjadi dosen di FAI Unikarta.
“Sampai beliau meninggal itu masih tercatat sebagai dosen,” ungkapnya.
Dosen FAI Unikarta, Haji Mubarak mengatakan, Supriyadi merupakan pribadi yang bekerja keras dalam menaiki tangga kehidupan. Ia bahkan pernah melakoni pekerjaan sebagai penjual es buah.
“Amalan yang selalu ada dalam diri Supri adalah berbuat baik pada orang lain. Mudah-mudahan amal ibadah beliau diterima di sisi Allah,” harapnya.
Sahabat Supriyadi, Syarifudin, juga menyampaikan kenangannya selama bersama almarhum. Dia pun mengaku kehilangan seorang sahabat karib yang sama-sama berjuang sejak kuliah hingga di legislatif.
“Saya kehilangan sahabat yang mendedikasikan 90% hidupnya untuk masyarakat. Sosok yang optimis, punya kegigihan dalam berjuang, komitmen, dan konsisten,” kata pria yang karib disapa Asraf tersebut.
Diketahui, Supriyadi meninggal dunia di Rumah Sakit AM Parikesit Tenggarong pada Senin (2/8/2021) lalu karena terinfeksi Covid-19. Ketua Alumni FAI Unikarta ini berpulang kehadirat Allah di usia yang ke-38 tahun. (*)
Penulis: Arif Rahmansyah