Kukar, Beritaalternatif.com – Mungkin konsumen sering dibuat kesal karena harga bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok mendadak naik. Contohnya, sebagian besar petani tomat membuang tomat mereka karena harganya merosot tajam. Para petani hanya bisa menjual tomat seharga Rp 4.000 per kilogram, tetapi di pasar harga tomat mencapai Rp 13.000-14.000 per kilogram.
Hal ini terjadi karena dua masalah: pertama, tidak ada manajemen usaha tani sehingga petani menanam dan memanen tomat di waktu bersamaan. Akibatnya, harga anjlok.
Kedua, persoalan rantai distribusi produk pertanian yang panjang, melewati banyak “tangan” yang memungut profit. Akibatnya, biaya distribusi yang tinggi tersebut dibebankan pada harga jual.
Selain itu, sayuran dan buah yang banyak dijual di pasar tradisional sudah dipanen sebelum matang, karena pedagang perantara merencanakan buah dan sayur itu akan matang dalam perjalanan menuju pasar dan selama penyetokan di gudang. Imbasnya, sebagian nutrisinya rusak dan tak lengkap.
Selain harga yang bisa naik kapan saja, terkadang juga terjadi kelangkaan barang di pasar, yang membuat konsumen tak bisa mendapatkan berbagai sayur-sayuran, buah, dan daging dengan kualitas terbaik.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mendapatkan sorotan. Sebagai negara agraris, solusi digital di sektor ini tergolong memberikan banyak peluang.
Atas dasar itulah, Alfian Nur, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Kutai Kartanegara (Kukar) bersama teman-temannya, Kukuh Fajar dan I Komang Sanjaya Putra, mendirikan Tani Klik.
Tani Klik adalah startup e-commerce yang membantu petani menjual secara langsung produknya kepada konsumen, sehingga bisa memotong rantai pasok yang panjang.
“Kami sendiri percaya bahwa permasalahan di sektor pertanian terlalu banyak untuk diselesaikan sendiri. Untuk itu kolaborasi dari stakeholder, termasuk regulator dan berbagai pemain industri, mutlak diperlukan,” jelas Alfian, Rabu (9/6/2021).
Kata dia, Tani Klik berhasil menghadirkan solusi yang dapat menciptakan efisiensi dalam rangkaian bisnis pertanian yang kompleks.
Untuk memperkenalkan platform Tani Klik ke para petani, pihaknya menggunakan dua cara. Pertama, melakukan sosialisasi secara langsung kepada para petani dan masyarakat agar mengerti fungsi aplikasi tersebut. Kedua, bantuan media daring dan offline seperti surat kabar, majalah, internet, iklan televisi, serta radio.
Tani Klik memiliki visi untuk mempercepat penggalian dampak positif dalam sektor pertanian melalui pemanfaatan teknologi informasi. Oleh karena itu, platform tersebut membangun usaha dengan tiga pilar utama: pertanian, teknologi, dan social impact.
Misi mereka sederhana: memberdayakan petani lokal dengan menyediakan akses pasar. Melalui Tani Klik, para petani lokal dapat menjual hasil pertanian mereka kepada para individu maupun pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Tenggarong, Kukar.
“Saat ini kami memulai dari tempat kelahiran kami dulu. Setelah sudah terbentuk ekosistem di sini, ke depan kami akan melakukan pelebaran bisnis kami di wilayah Samarinda, Balikapapan, Bontang, dan Sangatta,” jelasnya.
Perkembangan teknologi yang cukup pesat, khususnya di Indonesia, serta maraknya bisnis yang berfokus pada e-commerce, dimanfaatkan Alfian dan kawan-kawannya untuk menciptakan platform yang mampu membantu mengatasi permasalahan yang saat ini dialami oleh para petani di Kukar.
Bisnis Tani Klik cukup sederhana. Petani yang mempunyai produk dapat bergabung dengan Tani Klik. Kemudian produk mereka akan didistribusikan ke konsumen yang memesan lewat aplikasi Tani Klik.
Konsumen dapat mengunduh aplikasi Tani Klik atau melalui website untuk memesan produk lewat e-commerce tersebut. Bila dilihat dari aplikasi mobile-nya, Tani Klik menyediakan delapan kategori produk yang dijual: sayuran organik, sayuran non-organik, hasil ternak, buah non-organik, bahan pangan organik, dan lain-lain.
Untuk melakukan transaksi, pengguna harus login ke aplikasi Tani Klik terlebih dahulu, memasukkan data berupa nomor telepon dan alamat pengiriman, lalu memilih item.
Pembayaran dalam sistem ini melalui transfer bank serta tak mengenakan ongkos kirim dalam sistem transaksinya. Namun operasional mereka masih terbatas di wilayah Tenggarong.
“Jika membeli di Tani Klik, artinya konsumen membeli langsung dari petani. Kalau yang lain kemungkinan mereka sudah campur tangan pihak kedua atau ketiga,” jelas Alfian.
Ia menguraikan, Tani Klik telah dirancang menjadi dua, yakni Tani Klik untuk ritel yang menyasar pasar end user, serta Tani Klik untuk komoditi.
Tani Klik ritel hanya fokus di kota-kota besar, yang dimulai dari Kota Tenggarong. Sementara Tani Klik komoditi akan fokus dari petani ke pedagang di pasar tradisional. Pasalnya, masyarakat tetap ke pasar. Hal ini sebagai bagian dari kehidupan sosialnya. Dua hal ini bersifat prospektif dan powerful.
Pengembangan Tani Klik tidak hanya B to C, tetapi juga B to B. Produk petani akan dipasarkan secara langsung oleh pihak Tani Klik ke hotel, restoran, dan kafe.
Pada awal pengenalan platform ini, para pendiri Tani Klik harus mengeluarkan biaya, baik saat pembuatan aplikasi dan website, maupun promosi.
“Hal itu harus dilakukan untuk mengembangkan bisnis tersebut agar dapat dikenal oleh masyarakat luas, sehingga mampu bersaing di tengah bisnis e-commerce, khususnya di bidang pertanian,” pungkas Alfian. (af/ln)