Jakarta, beritaalternatif.com – Metaverse yang digembar-gemborkan CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg menawarkan ‘dunia baru’ bagi manusia. Dunia digital yang lebih nyata disebut sebagai masa depan internet.
Di sana nantinya pengguna dapat bergerak lebih bebas di ruang virtual diwakili sebuah avatar. Janji manis metaverse gambarkan integrasi pekerjaan, kegiatan transaksional, hingga hiburan.
Semua hal tersebut dirancang untuk dijalani lewat teknologi Virtual Reality (VR). Seseorang bisa jalani hidup serba praktis di ruang virtual, tentu saja dilengkapi kemampuan bertemu antar avatar.
Meski menawarkan masa depan, metaverse juga memunculkan sejumlah keraguan bagi publik.
Pasalnya Facebook Inc. yang kini bernama Meta kerap dikaitkan dengan sejumlah masalah akibat platformnya, mulai dari mis-informasi hingga adiksi media sosial.
Pada saat mengumumkan metaverse, Zuckerberg mengatakan, “Facebook adalah merek media sosial yang ikonik. Tapi saat ini, merek kami terkait erat dengan satu produk sehingga tidak mungkin mewakili apa yang kami lakukan hari ini, apalagi di masa depan.”
Namun, apa yang tidak dia katakan adalah “kami hanya akan mencoba untuk menutupi skandal yang baru-baru ini melanda Facebook. Kami bergerak untuk menciptakan metaverse dengan harapan Anda akan memaafkan dan melupakan hal-hal buruk yang kami lakukan atau telah menyebabkan terjadi,” seperti ulasan dari Philstar.
Karyawan Facebook baru-baru ini menggaungkan masalah Facebook ke publik tentang bagaimana perusahaan berulang kali mengabaikan peringatan bahwa platformnya telah menjadi tempat untuk ujaran kebencian, informasi yang salah, dan polarisasi sosial.
“Saat Facebook menjadi Meta, tampaknya Zuckerberg berharap nama baru akan menjadi awal baru bagi raksasa media sosial yang sedang dikepung,” ulas DW News, media publik Jerman.
Janji tentang teknologi yang lebih maju untuk menciptakan realitas virtual imersif yang mulus bukanlah sesuatu yang baru.
Ambisi Zuckerberg membangun metaverse disebut mirip dengan slogan kampanye yang sering diulang yang dipasang oleh pendukung calon presiden Filipina.
“Maafkan dan lupakan karena sudah waktunya untuk melangkah ke masa depan,” bunyi slogan tersebut.
Efek Samping Facebook
Efek samping dari penggunaan Facebook disebut lebih signifikan daripada yang disadari. Pengguna kerap tidak sadar saat dirinya terperangkap di ruang digital.
Pengguna terpesona oleh teknologi digital, dan banyak dari pengguna tersebut yang tidak bisa lagi mengenali mana yang palsu dan mana yang asli.
Dengan mengubah citra Facebook sebagai Meta, bias realitas tidak akan menghilang, melainkan hanya berubah bentuk menjadi lebih realistis.
Meski masa depan yang Zuckerberg bayangkan adalah dunia di dalam realitas virtual yang bisa dinikmati tanpa bertemu.
Jika dilihat dari catatan gelap Facebook, realitas virtual tersebut malah dapat menjebak pengguna di lingkungan iklan bertarget, disinformasi, dan fitur pemicu dopamin yang menyebabkan adiksi.
Dilansir dari Straits Times, baru-baru ini pengujian metaverse versi sebuah start-up bernama Sensorium malah menjadi tempat mis-informasi beredar.
Di dunia tersebut pengguna dapat mengikuti tur virtual dunia bawah laut yang terbengkalai atau menonton konser streaming langsung dengan DJ Perancis Jean-Michel Jarre.
Namun demonstrasi yang dilakukan di konferensi teknologi Lisbon awal tahun ini malah menjadi aneh.
Pengguna disebut mengobrol dengan persona virtual bot berkepala botak bernama David, yang ketika ditanya pendapatnya tentang vaksin, mulai membagikan informasi yang salah tentang kesehatan.
Dia mengatakan bahwa terkadang vaksin lebih berbahaya daripada penyakit yang mereka coba cegah.
Dengan sederet masalah lain yang mungkin terjadi, konsep metaverse rupanya belum cukup meyakinkan calon pengguna; baik dari sisi pengaplikasian, maupun ancaman kejahatan di dalamnya. (cnnindonesia)