Search
Search
Close this search box.

Empat Sektor Strategis yang Bisa Dikembangkan di Tenggarong

Akademisi dan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Haidir. (Istimewa)
Listen to this article

Kukar, beritaalternatif.com – Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kota yang bergerak di empat sektor strategis: pelayanan/jasa, distribusi perdagangan, pendidikan, dan pariwisata.

Hal ini disampaikan akademisi yang juga politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Haidir. Menurutnya, Tenggarong memiliki karakteristik geografis yang berbeda dengan sejumlah kecamatan lain di Kukar.

Dari segi cakupan wilayah dan jumlah penduduk, kota ini memiliki penduduk paling padat dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kukar.

Advertisements

Kata dia, kepadatan penduduk tersebut membawa akibat tersendiri bagi Tenggarong, salah satunya kecamatan ini dengan keterbatasan lahan tidak lagi memadai untuk mengembangkan perekonomian berbasis pertanian yang membutuhkan lahan yang luas.

Menurut Haidir, Tenggarong tak memiliki lahan yang luas untuk mengembangkan sektor pertanian. Jika pun ingin dipaksakan pengembangan komoditi perikanan, maka kondisinya sangat terbatas pada jumlah produksi pembibitan dan produksi dalam jumlah relatif kecil.

Bentang Sungai Mahakam relatif pendek melalui Kecamatan Tenggarong. Anak-anak sungai di sekitar Tenggarong juga rata-rata memiliki problem pencemaran tinggi akibat polusi limbah industri dan rumah tangga. Karenanya, sungai-sungai tersebut tidak lagi dapat diandalkan untuk mendorong produksi besar komoditi perikanan darat.

Hal ini berbeda dengan keadaan beberapa kecamatan lain di Kukar yang mempunyai lahan yang luas serta potensi sungai dan danau yang masih potensial untuk pengembangan sektor pertanian dan komoditi perikanan.

“Pola bahkan ekstraktif perikanan darat masih mungkin diandalkan oleh masyarakat di kecamatan-kecamatan seperti di Kota Bangun, Muara Muntai, dan Kenohan, apalagi untuk budi daya. Di situ masih bisa mengandalkan perairan untuk pengembangan sektor perikanan,” ujar Haidir kepada beritaalternatif.com baru-baru ini.

Ia menambahkan, kecamatan-kecamatan di wilayah hulu, tengah dan pantai masih potensial untuk digunakan sebagai wilayah pengembangan sektor pertanian dalam arti luas, namun tidak demikian dengan Tenggarong.

Sebagai kecamatan yang memiliki lahan yang terbatas, Haidir menjelaskan, wilayah Tenggarong jelas terbatas untuk mengembangkan komoditi pertanian apa pun jika targetnya adalah produksi massal.

Dia menilai bahwa Kelurahan Jahab, Loa Ipuh Darat, dan Maluhu pun memiliki potensi terbatas di sektor pertanian karena berebut lahan dengan pemukiman dan berbatasan dengan perkebunan dari beberapa kecamatan yang berdekatan dengan Tenggarong.

Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) ini pun menyarankan Pemda Kukar mengembangkan sektor pelayanan atau jasa, distribusi perdagangan, pendidikan dan pariwisata di Tenggarong.

“Alternatif sektor pertambangan, bukan tidak ada, tetapi tidak memungkinkan dieksplorasi karena harus berbenturan dengan pemukiman penduduk, kecuali tambang pasir yang bisa diambil di sekitar aliran Sungai Mahakam yang tentunya belum bisa diandalkan hasilnya bagi masyarakat Tenggarong secara luas,” jelas Haidir.

Kata dia, sektor pelayanan jasa seperti angkutan barang dan orang lebih menjanjikan untuk dikembangkan di Tenggarong karena kecamatan ini bisa menjadi pusat kunjungan untuk beberapa urusan dan transit menuju kecamatan lain.

Berbagai urusan masyarakat di ibu kota Kabupaten Kukar mengharuskan banyak kunjungan warga dari kecamatan lain di wilayah Kukar ke Tenggarong. Hal ini, lanjut dia, membuka peluang usaha jasa angkutan bagi masyarakat Tenggarong.

Dengan situasi ini pula, maka sangat menjanjikan bagi Tenggarong untuk menjadi pusat distribusi perdagangan persilangan komoditi-komoditi berbeda yang dimiliki kecamatan-kecamatan lain di wilayah Kukar.

Komoditi perikanan darat yang dimiliki oleh kecamatan-kecamatan hulu, sebut Haidir, bisa didistribusikan melalui Tenggarong untuk memenuhi kebutuhan Tenggarong sendiri dan beberapa kecamatan tengah dan pantai.

“Hal yang sama juga dapat berlaku terhadap komoditi perikanan laut yang dimiliki oleh beberapa kecamatan pantai untuk memenuhi kebutuhan kecamatan tengah dan hulu,” ucap Haidir mencontohkan sistem distribusi yang dimaksudnya.

Dia melanjutkan, sektor lain yang potensial untuk dikembangkan di Tenggarong adalah pendidikan. Pasalnya, sektor pendidikan tidak membutuhkan lahan yang luas untuk mengembangkannya.

Pada sektor pendidikan, berbagai infrastruktur pengembangan pendidikan relatif lebih banyak tersedia di Tenggarong dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kukar.

Di samping pengembangan pendidikan formal, pendidikan di luar sekolah juga dapat dikembangkan di Tenggarong dengan kondisi ketersediaan infrastruktur yang lebih memadai.

Jika menilik kebutuhan dan pengembangan sains, dengan kelebihan fasilitas serta akses yang dimiliki Tenggarong sebagai ibu kota kabupaten, ucap Haidir, maka di masa depan Tenggarong juga bisa mengembangkan pelayanan jasa pusat perkantoran perusahaan yang beroperasi di wilayah Kukar dan pusat backup data riset ilmiah sosial dan eksakta yang dibutuhkan oleh perusahaan dan masyarakat umum Kukar.

Kemudian, ketika berbicara sektor pariwisata, Haidir menyatakan bahwa obyek wisata di Tenggarong banyak yang bisa kelola untuk menambah pendapatan bagi kecamatan ini. Dari wisata sejarah seperti Museum Mulawarman, Pusat Kebudayaan Kerajaan Kesultanan Kutai Ing Martadipura, Pulau Kumala sebagai wahana rekreasi atau agribisnis, hingga beberapa makam tokoh yang dapat dijadikan obyek wisata religi. Beberapa obyek wisata tersebut sangat potensial dikembangkan di Tenggarong.

Sayangnya, kata dia, banyak obyek wisata tersebut belum dikembangkan secara maksimal. Haidir mencontohkan bagaimana kemajuan ekonomi masyarakat di sekitar Makam Bung Karno, Gus Dur, Wali Songo di beberapa wilayah Jawa dapat memberikan income bagi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Ia menjelaskan, pemerintah daerah Kukar seharusnya bisa mencontoh cara pemerintah daerah di Pulau Jawa tersebut untuk pengembangan obyek wisata di Kukar.

Selanjutnya, kata Haidir, berbagai produk usaha berbasis kearifan lokal seperti pakaian adat dan ulap doyo juga belum dikelola dengan baik. Wisata kuliner juga tidak dikembangkan sebagaimana harapan untuk dapat memberikan nilai ekonomis maksimal.

“Padahal itu semua sangat menjanjikan jika dikembangkan maksimal sebagai sumber pendapatan Tenggarong khususnya dan Kukar secara umum,” sarannya.

Sejumlah obyek wisata tersebut, lanjut Haidir, mesti mendapat perhatian serius pemerintah daerah, sehingga sektor pariwisata dapat berkembang pesat, khususnya di Tenggarong.

Ia menilai bahwa selama ini belum ada kebijakan memadai yang ditelurkan Pemkab Kukar dalam mengembangkan sejumlah potensi perekonomian di Tenggarong.

Haidir mencontohkan perayaan Erau di Tenggarong. Setiap tahun orang-orang dari luar daerah berbondong-bondong datang ke ibu kota Kukar ini.

Namun, ketika bicara kebutuhan makanan para pengunjung serta untuk memenuhi itu, maka para penjual terpaksa mendatangkan bahan pokok kuliner seperti telur, ikan, dan daging dari Samarinda, Balikpapan, bahkan dari luar provinsi.

“Artinya, yang menerima multiplier effect terhadap event Erau adalah orang luar Tenggarong. Jangankan kebutuhan itu mampu disuplai Tenggarong, Kukar saja secara keseluruhan saya ketahui tidak mampu menyiapkan kebutuhan itu,” ujar Haidir.

Ke depan, saran dia, bila ingin mengembangkan sektor jasa, pariwisata dan sektor lainnya yang terkait di Tenggarong, maka pemerintah mesti membuat kebijakan dan program yang dapat mendorong ketersediaan komoditas pendukungnya yang berasal dari produksi lokal.

Ia menjelaskan, Tenggarong dengan berbagai event yang mengundang banyak orang berkumpul yang terskedul, harus disokong oleh para pelaku usaha yang bergerak di bidang kuliner. Bahan baku dari kuliner tersebut akan memiliki nilai manfaat maksimal jika berasal dari produk bahan baku lokal.

Dengan keterbatasan potensi Tenggarong, Haidir menyarankan agar komoditas-komoditas tersebut dikembangkan di kecamatan lain di Kukar. Kemudian, Tenggarong dijadikan pusat suplai agar aktivitas jasa dapat berjalan secara berkesinambungan.

Ia menjelaskan, kecamatan-kecamatan lain di Kukar harus menjadi suplier bahan baku pertanian untuk mendukung pengembangan sektor jasa bagi Tenggarong.

“Itu yang harus dilakukan. Untuk menumbuhkan ekonomi, Tenggarong butuh komoditi dari kecamatan lain karena Tenggarong tidak punya cukup lahan untuk menciptakan produk-produk pertanian,” jelasnya.

Dia juga menyarankan Pemkab membuat perencanaan yang tepat terhadap tata ruang untuk membangun kekuatan ekonomi. Hal ini bisa diawali melalui regulasi seperti Peraturan Daerah (Perda).

“Kita tidak boleh berharap pengembangan berbagai sektor di Kukar tumbuh secara alami dan menyerahkannya kepada kemauan masyarakat masing-masing,” pungkas Haidir. (*)

Penulis: Arif Rahmansyah

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT