BERITAALTERNATIF.COM – Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) kembangkan inovasi pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang berasal dari hewan sebagai sarana filtrasi air limbah menjadi air jernih yang siap pakai untuk sistem irigasi sawah.
“Kami melihat bahwa limbah gigi dan tulang yang ada di Indonesia masih belum banyak digunakan. Sebagian besar masyarakat membuang limbah tersebut,” ucap Ketua Tim Mahasiswa UGM Aulia Pradnya Maharani seperti dilansir Antara pada Sabtu (14/9/2024).
Mahasiswa UGM yang berasal dari berbagai disiplin ilmu itu tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Video Gagasan Konstruktif (VGK) yang terdiri atas Aulia Pradnya Maharani, Orchidthania Putri, Gugun Hutagalung, Danial Bagus Setiawan dan Anna Hamidah.
“Dalam limbah (gigi dan tulang) tersebut terdapat kandungan hidroksiapatit yang dapat digunakan menjernihkan air,” katanya.
Aulia menerangkan bahwa ide inovasi yang diusung berasal dari permasalahan yang muncul di daerah Kabupaten Sleman, DIY.
Di kawasan tersebut, dia mengungkapkan terdapat kawasan permukiman yang padat penduduk serta sawah yang berada di dekat kawasan tersebut.
Ia menjelaskan pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang masih minim dapat diintegrasikan untuk dijadikan sebagai filtrat untuk mengolah air limbah tinja yang berasal dari kawasan penduduk sekitar.
Sementara itu Anggota Tim PKM lainnya, Danial mengatakan bahwa ide yang bernama ‘Hydrosan’ itu dapat memberikan dampak jangka panjang yang lebih baik pada sistem sanitasi air.
“Tentunya kami berharap bahwa inovasi yang diusung dapat menciptakan ketahanan pangan yang ada di Indonesia di tengah ketidakpastian iklim dan memberikan manfaat kepada para petani,” ujar dia.
Riset yang mereka lakukan dimulai dari mengidentifikasi masalah serta menelusuri terkait campuran filtrat yang digunakan untuk proses filtrasi air.
Mulanya, limbah akan ditampung dalam satu tempat untuk selanjutnya diproses di tempat penjernihan air.
Air akan mengalami berbagai proses, mulai dari pembersihan, penjernihan, hingga penyaringan selama proses pengolahan.
Lalu, air akan disalurkan ke reservoir terlebih dahulu sebelum menuju saluran irigasi sawah.
“Integrasi antara reservoir dengan sistem irigasi sawah dilakukan menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian air,” bebernya.
Kemudian Anggota Tim berikutnya, Orchidthania Putri mengungkapkan bahwa sistem yang dirancang sebenarnya sudah diterapkan di berbagai instalasi pengolahan air bersih, tetapi penggunaan hidroksiapatit sebagai filtrat merupakan salah satu bagian istimewa dalam rancangan sistem ini.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan guna mengurangi limbah gigi dan tulang yang dihasilkan oleh masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas air dan sekaligus meningkatkan kualitas hasil tani yang dihasilkan oleh sektor pertanian. (*)
Editor: M. As’ari