beritaalternatif.com – Siswo Cahyono merupakan politisi yang telah malang melintang di dunia perpolitikan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur.
Ia memulai karier politiknya di Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Partai yang didirikan Wiranto tersebut mengantarkannya sebagai wakil rakyat di Kukar dari 2009 hingga 2018.
Sejatinya, dia menjadi anggota DPRD Kukar selama sepuluh tahun: periode 2009-2019. Namun, dualisme kepengurusan di internal Hanura membuat Siswo dan sejumlah pengurus DPC Hanura Kukar mengundurkan diri dari partai tersebut. Hal ini pula yang membuatnya tak dapat menyelesaikan tugas di periode kedua sebagai anggota legislatif Kukar.
“Situasi politik saat itu memang tidak memungkinkan lagi untuk bertahan di Hanura,” jelas Siswo kepada beritaalternatif.com pada Selasa (26/4/2022) pagi.
Bermodalkan masukan dari senior dan tokoh-tokoh di Kaltim, Siswo dan sejumlah pengurus DPC Hanura Kukar memutuskan untuk berhijrah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Konsekuensinya harus mundur satu tahun dari jabatan di DPRD Kukar. Karena itu ketentuan dari KPU. Jadi, kami mengorbankan posisi dan jabatan, termasuk pendapatan, popularitas, dan lain-lain. Kami memilih berkhidmat untuk membesarkan PKB,” jelasnya.
Siswo tak sendiri. Ia merangkul sejumlah anggota dewan kala itu untuk bergabung ke PKB Kukar, yang antara lain Sarpin (PAN), Hamdiah (PBB), dan Suyono (PDIP).
Kemudian, pada Pemilu 2019, mereka kembali terpilih sebagai wakil rakyat, yang mewakili PKB Kukar.
Pada periode sebelumnya, Siswo terpilih di Dapil Loa Janan-Loa Kulu. Lalu, setelah pindah ke PKB, ia diusung untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di Dapil Tenggarong.
Langkah ini merupakan salah satu strategi untuk mendongkrak perolehan suara PKB Kukar. “Itu sudah kita perhitungkan,” katanya.
Tenggarong dinilai identik dengan “Dapil Neraka” dalam perebutan kursi legislatif di DPRD Kukar. Pasalnya, ibu kota kabupaten ini juga dianggap sebagai sentral bagi perpolitikan Kukar.
“Jadi, kalau kita pasang petarung yang sembarangan di kota, kita khawatir kursinya kosong. Gengsinya partai itu ada di kota. Ketika partai itu dapat kursi di Dapil lain, sementara di kota enggak dapat kursi, partai itu akan dianggap tidak hebat,” ujarnya.
Mesti Tenggarong bukan Dapil yang dirawat dan dibina oleh Siswo selama menjadi anggota DPRD Kukar, ia tetap terpilih untuk mewakili masyarakat Tenggarong.
Saat itu, dia meraup sekitar 2.500 suara. Siswo mendapatkan dukungan yang cukup besar dari atlet-atlet pencak silat. “Karena saya juga aktif di organisasi pencak silat,” ungkapnya.
Alasan Memilih Berlabuh ke PKB
Langkah Siswo untuk bergabung ke PKB tak semata-mata diambil begitu saja. Ia mengambil keputusan tersebut setelah melewati proses istikharah yang panjang.
Ia juga mendapatkan masukan dari sejumlah politisi senior di Kaltim. Salah satunya Wali Kota Bontang, Basri Rase.
“Beliau sudah seperti saudara kami. Beliau juga yang memberikan pilihan kepada kami waktu itu,” jelasnya.
Ketua DPC PKB Kukar yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Kaltim Puji Hartadi juga memiliki kecenderungan untuk berlabuh ke partai yang kini dipimpin Muhaimin Iskandar tersebut.
“Dari berbagai partai yang memberikan tawaran dan sinyal saat itu, kami putuskan untuk ke PKB,” terangnya.
Kala itu, PKB merupakan salah satu partai yang tidak memiliki wakil di DPRD Kukar. Partai ini pun tidak mempunyai posisi cemerlang dalam perpolitikan Kukar.
Selama 15 tahun PKB tidak pernah memiliki kursi di parlemen Kukar. Partai tersebut hanya pernah menempatkan dua orang wakilnya di DPRD Kukar pada periode 1999-2004.
“Ketika kami hijrah, alhamdulilah kita dapat kepercayaan masyarakat untuk mewakili mereka di DPRD Kukar,” katanya.
Siswo juga memiliki alasan lain untuk memilih bergabung di PKB. Partai tersebut sejatinya mempunyai pendukung setia di akar rumput. Pasalnya, PKB identik dengan Nahdiyin.
Alasannya, PKB merupakan partai yang dibentuk oleh tokoh-tokoh Nahdiyin, yang salah satunya KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Karena itu, secara emosional antara warga Nahdiyin dan PKB memiliki ikatan yang sangat kuat. “Orang-orang PKB merupakan orang-orang Nahdiyin,” bebernya.
Modal tersebut membuat ia optimis dapat membesarkan PKB. Hanya saja, hal ini bukan tanpa tantangan. Pengurus dan kader PKB harus menanamkan komitmen kuat untuk meyakinkan warga Nahdiyin bahwa PKB akan memperjuangkan aspirasi politik mereka.
“Walaupun komunikasi secara riil belum terbangun. Tetapi mereka paham. Contohnya di daerah-daerah Jawa. NU ya PKB. PKB ya NU,” katanya.
Meski begitu, Siswo tetap terbuka dengan semua kalangan. Ia membangun komunikasi serta memperjuangkan aspirasi warga Muhammadiyah, NU, Ahlulbait Indonesia, dan Salafi.
“Gerbong yang kami bawa dari Hanura ke PKB itu beragam. Mereka berasal dari mazhab yang berbeda-beda,” ungkapnya.
Hal ini pula yang membedakan PKB Kukar dengan partai-partai lain. Pluralisme tidak hanya slogan semata. Tetapi benar-benar diterapkan dalam perjuangan politik PKB.
“Semangat pluralisme benar-benar kita terapkan di Kutai Kartanegara,” ucapnya.
Perjuangkan Aspirasi Publik
Dengan berlabuh ke partai yang berbeda, serta menghadapi kondisi dan keadaan yang tidak lagi sama dengan dinamika politik sebelumnya, Siswo tetap membuktikan bisa menduduki kursi di parlemen.
Persaingan di Tenggarong memang tidak mudah. Dapil ini diisi oleh ragam politisi yang telah menelan asam garam dunia politik di Kukar.
Siswo mengaku hanya menerapkan pendekatan pertemanan, komunikasi dari hati ke hati, dan sosialisasi.
“Kita ini dari sisi pertemanan dan pergaulan juga banyak. Kawan-kawan muda juga banyak. Notabenenya mereka juga sudah kenal saya,” terangnya.
Meski saat duduk sebagai wakil rakyat di dua periode sebelumnya terpilih lewat Dapil Loa Kulu-Loa Janan, Siswo juga “pernah berbuat” untuk masyarakat Kota Tenggarong. Salah satunya ia pernah membantu ketua-ketua RT untuk untuk perbaikan infrastruktur jalan.
“Silaturahmi itu sebenarnya sudah terbangun tanpa saya jadi anggota dewan di Dapil Tenggarong,” jelasnya.
“Silaturahmi itu sudah dibangun lewat pertemanan, komunitas, dan respons mereka juga luar biasa,” lanjutnya.
Ia juga mendapatkan apresiasi dari masyarakat karena memutuskan untuk pindah dari partai nasionalis ke partai nasionalis-religius.
Apalagi warga Nahdiyin telah lama menanamkan harapan agar memiliki perwakilan di parlemen. Asa ini pun terwujud setelah Siswo dan empat orang politisi lainnya berhasil menduduki kursi DPRD Kukar.
“Dengan lima kursi PKB yang di DPRD Kukar, secara tidak langsung itu representasi Nahdiyin,” ucapnya.
Pengurus DPC PKB Kukar juga mendapatkan arahan dari DPP PKB untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan warga NU.
“NU kan luas. NU ada badan otonominya. Ada pesantren-pesantren yang dibinanya. Kepentingan-kepentingan mereka rata-rata kita akomodir,” katanya.
PKB Kukar pun memperjuangkan aspirasi Banser, Fatayat, Muslimat, LDNU, dan organisasi-organisasi sayap NU di Kukar.
“Itu menunjukkan perhatian kami ketika sudah duduk untuk menjadi representasi NU dan badan otonominya,” ucap Siswo.
Organisasi NU di Tenggarong dinilainya aktif. Namun, warga NU lebih banyak di Tenggarong Seberang, Sebulu, dan Muara Kaman.
“Kalau di kota ini nasionalis saja sebenarnya. Tinggal pintar-pintar kita saja. Tinggal kita pintar bawa diri saja,” katanya.
Kepandaiannya membawa diri serta bergaul dengan semua kalangan membuat ia diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan, seperti NU, Muhammadiyah, Salafi, Ahlulbait Indonesia, hingga masyarakat yang berideologi nasionalis.
Kata Siswo, masyarakat tidak hanya melihat latar belakang keorganisasian dari politisi, tapi juga kepribadian dan ketokohan seseorang. Modalnya, ia memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama.
Partai Penyeimbang
Meskipun lima orang wakil PKB Kukar yang duduk di parlemen merupakan “wajah lama”, kehadiran PKB Kukar membawa nuansa baru dalam perpolitikan Kukar.
“Mungkin hanya Khairul Mashuri saja yang pendatang baru. Saya dan tiga orang lainnya memang wajah lama,” ungkapnya.
Sejumlah pihak juga tak menyangka PKB menjadi salah satu partai pemenang Pileg 2019. Sehingga dapat menempatkan Siswo sebagai Wakil Ketua DPRD Kukar.
“Kami menggeser posisi PAN yang memang sebelumnya menempati posisi unsur pimpinan,” jelasnya.
“Sebenarnya ini kejutan di Kukar. Enggak pernah ada kursi sebelumnya, tiba-tiba PKB menempatkan kader-kadernya di parlemen. Bahkan berhasil menempatkan satu posisi wakil ketua,” sambungnya.
Siswo menegaskan, PKB memilih sebagai partai penyeimbang atas kebijakan-kebijakan pemerintah daerah. Apabila program pemerintah dinilai baik untuk kepentingan masyarakat Kukar, pihaknya akan mendukung dan memperjuangkannya.
Sebaliknya, jika program pemerintah daerah dianggap bertentangan dengan maslahat umum, maka PKB Kukar akan berusaha menyampaikannya secara obyektif.
Kritik dan masukan yang disampaikan dan dilayangkan PKB kepada pemerintah daerah bertujuan untuk membangun daerah.
“Kalau ada yang tidak berkenan, kita sampaikan kritikan-kritikan. Tapi sifatnya memberikan solusi dan membangun demi kebaikan. Itu memang salah satu tupoksi kita,” tegasnya.
Ia mengakui bahwa sebagian besar partai di parlemen mendukung Edi Damansyah dan Rendi Solihin di Pilkada 2020. Hanya PKB yang memilih tak mendukung keduanya.
Namun, setelah Edi-Rendi duduk sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kukar, PKB Kukar tak berniat terus mencari kesalahan mereka.
“Justru kami ingin sama-sama membangun dan bersinergi dengan pemerintah untuk kebaikan dan kepentingan Kukar ke depan,” pungkas Siswo. (*)