Oleh: Ibrahim Amini*
Tujuan terpenting risalah para nabi terutama Nabi Muhammad Saw adalah mengajar dan mendidik manusia. Allah Swt berfirman di dalam Alquran, “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah.” (QS. Ali Imran: 164)
Salah satu kelebihan terpenting yang dimiliki manusia ialah kemampuan menerima pendidikan. Pendidikan telah dimulai sejak pertama kali manusia ada dan akan terus berlangsung sepanjang sejarah dan selama manusia masih ada.
Pendidikan dan pengajaran merupakan suatu perkembangan dan pertumbuhan manusia yang terus menerus dalam bentuk generasi tua mengajarkan kepada generasi yang lebih muda berbagai hasil pelajaran dan pengalaman mereka dan orang-orang terdahulu dari mereka. Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dalam berbagai dimensinya secara umum merupakan akibat dari pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan dan pengajaran dalam kurun waktu yang lama bukan merupakan sebuah profesi dan tidak mempunyai penanggung jawab khusus. Pada saat itu yang melaksanakan tanggung jawab ini adalah orang tua dan para pemimpin kabilah.
Dengan bertambah banyaknya jumlah manusia dan bertambah luasnya disiplin ilmu dan seni, maka masalah pengajaran dan pendidikan pun menjadi bertambah rumit dan sulit, saat berbagai kesulitan yang timbul tidak dapat dipecahkan kecuali melalui penyusunan program dan kerja teliti seorang ahli saja.
Oleh karena itu, sekelompok ilmuwan menghabiskan waktunya untuk melakukan penelitian dalam masalah-masalah pendidikan dan pengajaran, kemudian mereka mempersembahkan berbagai hasil penelitiannya dalam bentuk lisan maupun tulisan kepada para pendidik.
Dengan begitu, muncullah para ahli pendidikan, dan beribu-ribu buku tentang masalah pendidikan telah ditulis, sehingga pendidikan telah menjadi sebuah profesi.
Di antara para pakar pendidikan terjadi perbedaan pendapat dalam berbagai topik dan metode pendidikan, sehingga memunculkan berbagai macam mazhab pendidikan. Pada kesempatan yang terbatas ini saya tidak bisa mengkritisi satu persatu mazhab-mazhab pendidikan tersebut, namun secara umum dapat saya katakan bahwa semua mazhab pendidikan ini mempunyai satu kesamaan, yaitu semuanya mengabaikan dimensi kemanusiaan manusia dan menganggap manusia tidak lebih dari hewan yang telah mencapai kesempurnaan, yang akan lenyap dengan kematian.
Menurut mereka, dalam penciptaannya manusia tidak mempunyai tujuan selain dari mencari kesenangan dan melanjutkan kehidupan dunianya. Dengan dasar pandangan yang seperti inilah mereka kemudian menyusun program pendidikan dan pengajaran.
Berkenaan dengan pendidikan dan pengajaran manusia, Islam mempunyai mazhab tersendiri yang bersumber dari cara pandang khas terhadap alam dan manusia. Mazhab pendidikan Islam berdiri di atas dasar-dasar berikut:
Pertama, alam mempunyai Pencipta. Dia-lah yang mencipta dan mengatur alam ini.
Kedua, kemanusiaan manusia tidak hanya terbatas pada unsur jasmani, berkembang biak, nafsu hewani, insting dan emosi, melainkan juga mempunyai ruh yang tidak akan lenyap dengan mati melainkan hanya berpindah dari alam ini kepada alam akhirat.
Ketiga, penciptaan manusia bukan sesuatu yang sia-sia dan tanpa tujuan. Manusia diciptakan dengan tujuan supaya dia mengembangkan dan menyempurnakan jiwanya dengan ilmu, amal saleh dan akhlak yang baik, dan supaya dia mempersiapkan kehidupan yang baik bagi kehidupan sesudah mati.
Keempat, bagi manusia telah ditetapkan adanya kehidupan sesudah mati, supaya orang-orang yang saleh memperoleh pahala dan orang-orang durhaka mendapat siksa.
Kelima, di alam dunia ini manusia mempunyai dua kehidupan: kehidupan duniawi yang terkait dengan jasmani dan nafsu hewaninya, dan kehidupan spiritual yang terkait dengan ruh kemanusiaannya. Di alam ini, jiwa manusia bisa bergerak meniti ke arah kesempurnaan, keindahan dan cahaya mutlak, atau jatuh ke arah kehidupan hewani dan kegelapan. Dua jenis kehidupan ini bersumber dari jenis keyakinan khas, akhlak dan perbuatan manusia.
Oleh karena itu, dalam mazhab pendidikan Islam, berbagai dimensi jasmani dan rohani manusia, begitu juga kehidupan duniawi dan kehidupan spiritual manusia mendapat perhatian.
Tidak diragukan bahwa dasar-dasar mazhab pendidikan Islam itu jelas dan terang, akan tetapi mengenai cara-cara dan metode-metode pendidikan secara terperinci sebagaimana yang terdapat dalam buku-buku pendidikan dan pengajaran belum dijelaskan. Namun begitu, di dalam Alquran dan hadis-hadis Nabi Saw telah dijelaskan sebagian dari cara-cara tersebut, seperti metode dialog, argumentasi, debat, penghormatan, dan kecintaan.
Tetapi sepertinya ini tidak mencukupi untuk dapat memecahkan berbagai persoalan pendidikan yang sulit dan rumit. Oleh karena itu, mau tidak mau kita harus menggunakan buku-buku pendidikan yang merupakan hasil percobaan dan penelitian para pakar. Namun kita harus senantiasa memperhatikan beberapa poin penting berikut:
Pertama, para penulis dan para pakar ilmu pendidikan, mereka hanya memperhatikan dimensi jasmani dan hewani para anak didik, dan biasanya mereka melalaikan dimensi kemanusiaan dan pengaruhnya. Di sini, kita harus waspada jangan sampai petunjuk-petunjuk mereka mendatangkan kerugian bagi dimensi kemanusiaan manusia dan kehidupan spiritual mereka.
Kedua, para pakar ilmu pendidikan memandang segala sesuatu termasuk akhlak dari sudut pandangan duniawi, mereka mengabaikan pengaruh faktor-faktor spiritual. Oleh karena itu, kita harus waspada jangan sampai para siswa terseret kepada paham materialisme.
Ketiga, dalam mendidik manusia, para pakar ini hanya menaruh perhatian kepada perbuatan namun mengabaikan faktor keyakinan dan niat. Jelas, ini sebuah kesalahan. Singkatnya, kita dapat mengambil manfaat dari pendapat para pakar ini, kita tidak boleh menolaknya secara serta merta, namun tidak pada setiap tempat dan tidak bagi siapa saja, melainkan pemanfaatannya memerlukan sebuah keahlian islami supaya kita dapat mengukurnya dengan nilai-nilai Islam, kemudian memperbaiki dan menyempurnakannya.
Di sini, perlu juga saya sebutkan bahwa di dalam buku-buku sekarang banyak ditemukan hadis-hadis yang menganjurkan kepada penggunaan beberapa metode pendidikan, namun itu tidak bisa digunakan secara mutlak, di setiap tempat dan kepada siapa saja, karena sebagian dari hadis-hadis tersebut merupakan hadis dhaif dan tidak bisa secara pasti dinisbahkan kepada Islam.
Meskipun dari sisi sanad sahih, namun ia tetap tidak bisa diamalkan di setiap tempat dan pada setiap keadaan. Pemanfaatan hadis-hadis pendidikan pun memerlukan keahlian dalam bidang pendidikan Islam.
Sebagai contoh, dalam sebuah hadis disebutkan bahwa memukul merupakan salah satu cara pendidikan yang dianjurkan, namun itu tidak bisa dan tidak boleh dipraktikkan secara umum pada setiap tempat dan kepada siapa saja. Karena, pada beberapa kasus tindakan tersebut bukan hanya tidak bermanfaat melainkan mendatangkan hasil yang sebaliknya dari yang diharapkan. (*Tokoh Pendidikan Islam)