BERITAALTERNATIF.COM – Pemimpin Revolusi Islam Iran Imam Khomeini banyak memberikan nasihat spiritual kepada murid-muridnya. Di antaranya adalah lanjutan Untaian Nasihat Spiritual Imam Khomeini (1) yang dikutip dari Majalah Afagh terbitan Teheran berikut ini:
Pertama, jauhi cinta dunia. Biasakan dirimu untuk hidup sederhana. Jangan terobsesi dengan kehidupan dunia yang berlebihan. Hanya dengan pembiasaan inilah kita akan bisa menghindarkan diri dari sifat cinta kepada harta kekayaan, kedudukan, dan pangkat.
Di dunia ini, Anda tentu menyaksikan ada orang baik, dan ada orang yang jahat. Jika di dunia ini kita menyaksikan banyak sekali kejahatan yang dilakukan manusia, semua itu bisa dipastikan bermuara kepada sifat cinta dunia. Rasulullah Saw bersabda, “Cinta dunia adalah biang segala macam keburukan.”
Karena itu, marilah kita merenung. Jika di dalam diri kita masih tersimpan berbagai sifat buruk yang termanifestasikan dengan masih seringnya kita melakukan dosa dan kesalahan, cobalah runut, pasti semua itu akan berhubungan dengan sifat cinta dunia yang ada pada diri kita.
Ketahuilah bahwa penyembuhan total atas sebagian besar sifat buruk yang dilakukan manusia adalah dengan cara menghilangkan atau menyembuhkan sifat cinta dunia itu. Dengan hilang atau sembuhnya penyakit cinta dunia, jiwa dan hati akan mengalami ketenangan. Di sisi lain, jiwa dan hati yang tenang dan bersih bukanlah tempat bercokolnya keburukan. Sifat-sifat buruk enggan untuk bercokol di dalam jiwa dan hati yang bersih.
Kedua, ikhlaslah dalam beramal. Orang-orang yang melakukan usaha dengan dilandasi niat untuk melaksanakan perintah Allah tidak akan pernah mengenal kata “kalah” atau “gagal”. Perhatikanlah contoh orang yang berjihad di jalan Allah dengan niat yang tulus. Pilihan di depan mereka hanya satu dari dua kemenangan. Jika berhasil mengalahkan musuh, orang itu berarti mendapatkan apa yang diinginkan. Sedangkan seandainya dia gugur syahid, ia akan memperoleh kemenangan abadi berupa surga yang agung.
Allah berfirman, “Tiada yang kalian tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan.” (QS. At-Taubah [9]: 52)
Situasi seperti ini tidak akan terjadi pada orang yang bekerja dengan dilandasi niat duniawi. Bagi orang tersebut, pilihan di depan selalu ada dua: menang atau kalah. Dunia adalah tempat kalah dan menang. Jika orang itu tidak sampai pada tujuannya, maka ia kalah dan umurnya hilang sia-sia.
Karena itu, di mana pun kalian berada, berusahalah dan jangan lupa, landasi usahamu itu dengan niat ikhlas. Buang jauh-jauh tipuan hawa nafsu dan godaan setan. Pasti kalian akan berhasil dan menemukan jalan hakiki. Jalan petunjuk akan terbuka untuk kalian dan Allah akan menolong kalian.
Saudara-saudaraku yang aku sayangi, jangan sampai Allah marah kepada kalian hanya karena sebuah khayalan keliru yang ada pada benak kalian; hanya karena kalian ingin dipuji oleh hamba-hamba yang lemah; hanya karena ingin diperhatikan oleh masyarakat biasa, bahkan oleh sekelompok orang yang tak berharga.
Ikhlaskan niat kalian, agar kalian memperoleh kemenangan dan terhindar dari murka Allah.
Ketiga, buat ibadahmu teratur. Pada dasarnya, seorang hanya bisa dikatakan memiliki iman yang sejati jika ia sudah bisa menjaga waktu-waktu ibadahnya, terutama waktu-waktu salat karena salat adalah ibadah yang paling penting. Salat harus dilaksanakan pada waktu-waktu yang utama. Pada waktu-waktu itu, kalian jangan sampai menyibukkan diri dengan pekerjaan yang lain.
Dalam mencari harta benda atau untuk belajar dan diskusi, kalian tentu punya waktu-waktu yang khusus, tertentu, dan terjadwal. Maka, demikianlah juga dalam ibadah. Kalian harus bisa melepaskan diri dari urusan-urusan lainnya sehingga mudah untuk menghadirkan hati ketika melakukan salat karena kehadiran hati adalah inti dari ibadah salat.
Sebagaimana kegiatan-kegiatan lain kalian yang perlu persiapan khusus, demikian juga salat-salat kalian. Kalian harus mempersiapkan diri secara khusus saat menyambut tibanya waktu salat tersebut. Usahakan agar kalian sudah dalam keadaan berwudhu sebelum masuknya waktu salat. Dengan cara seperti ini, kalian akan bisa menghadap Allah dengan suasana kesadaran yang khusus.
Keempat, jauhi sombong yang merupakan awal kehancuran. Hati-hatilah dengan sifat sombong yang mudah sekali merasuk ke dalam jiwa manusia. Kalian yang kusayangi, bangunlah dari kelengahan ini. Hindari kesombongan, karena sombong menyebabkan kehancuran abadi manusia; karena sombong mencegah manusia untuk bergabung dengan kafilah para pesuluk yang tengah bergerak menuju Tuhan; serta karena sombong mencegah manusia dari memperoleh makrifat.
Jika kalian menjadi orang yang sombong, kalian tak akan bisa menambah ilmu dan makrifat kebenaran, karena kalian merasa sudah cukup memilikinya. Ketahuilah bahwa dengan kesombongan, nasihat kebenaran dari siapa pun, bahkan jika nasihat itu disampaikan oleh para nabi dan para wali (imam), tidak akan berpengaruh pada diri kalian.
Inilah yang terjadi pada umat terdahulu, yang hancur lebur mendapatkan azab dari Allah gara-gara mereka enggan menerima dakwah para nabi. Keengganan tersebut muncul dari sikap sombong mereka, yaitu sikap yang merasa dirinya lebih tinggi dan lebih mulia dibandingkan para nabi.
Sikap sombong juga akan menyebabkan hati tak akan pernah merasa tenang. Sikap sombong membuat kalian merasa mampu untuk melakukan segala apa pun tanpa bantuan siapa pun (bahkan tanpa bantuan Allah). Padahal, segala sesuatu—kesuksesan atau kegagalan—hanya akan bisa terjadi jika Dia mengizinkannya. Ketika usaha kalian akhirnya menemui kegagalan, jika kalian sombong, maka itu akan menjadi penyebab munculnya kegelisahan di dalam hati.
Jangan pernah bersikap sombong hanya karena dirimu merasa memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Ingatlah bahwa kesombongan bersumber dari setan. Kalian tentunya tahu bahwa iblis diusir dari surga karena kesombongannya.
Agar bisa terhindar dari sikap sombong, biasakanlah untuk melihat-lihat kekurangan yang ada pada dirimu. Jauhi sikap sombong dan takutlah pada akibat-akibat buruknya.
Kesombongan juga menjadi tanda kebodohan. Siapa pun yang kebodohannya lebih besar dan akalnya lebih sedikit, maka sifat takaburnya akan lebih besar. Sebaliknya, siapa saja yang amalannya lebih banyak, jiwanya lebih luas, dan dadanya lebih lapang, ia akan selalu lebih tawadhu dibandingkan yang lain. (*)
Sumber: Safinah Online