Oleh Syeikh Najmuddin Thabasi
Ketika kita berada dalam cahaya, sering kali kita tidak menyadari nilai sejati yang terkandung di dalamnya. Hanya dalam kegelapan kita dapat benar-benar memahami keberadaan cahaya.
Saat matahari bersinar terang di langit, perhatian kita biasanya tidak teralihkan kepadanya. Namun, ketika tersembunyi di balik awan dan cahaya serta kehangatan yang ditunda atau terhalang dari kita dalam waktu yang lama, barulah kita menyadari betapa berharganya cahaya tersebut.
Kita mengalami urgensi kemunculan “matahari” kepemimpinan pada saat kita mengalami kondisi-kondisi dan situasi-situasi yang buruk sebelum kedatangannya. Kita memahami bahwa zaman itu akan datang dengan syarat-syarat sulit. Gambaran umum tentang masa itu, yang dapat kita tarik dari sejarah, adalah sebagai berikut: Sebelum kedatangan Imam Saman, kekacauan dan kebingungan merajalela, peperangan, gangguan keamanan, ketidakadilan, pembunuhan, pembantaian, dan permusuhan melanda di segala penjuru, dengan bumi yang dipenuhi oleh kezaliman dan tirani.
Perang melanda dunia, mengakibatkan pembunuhan massal, kekacauan, dan ketidak-amanan. Manusia mengalami kesulitan ekstrem: kekurangan makanan, biaya hidup tinggi, dan bahkan perdagangan anak demi bertahan hidup. Kehidupan terabaikan, hujan tak teratur, menyebabkan banjir dan kekeringan. Kematian menjadi harapan utama di tengah keputusasaan.
Pada saat itu, tidak ada kekuatan atau organisasi yang mampu menahan kecemasan, permusuhan, dan pembunuhan, atau menghukum para pelaku kezaliman. Tidak ada yang menyuarakan pembebasan manusia atau menentang pengkhianatan dan kebohongan. Dalam kesedihan, umat manusia berharap untuk kemunculan seorang pembaharu Ilahi, membawa mukjizat dan kasih-sayang Allah.
Pada waktu itulah, ketika keputusasaan melanda seluruh manusia, Al-Mahdi as yang dijanjikan muncul setelah bertahun-tahun berada dalam kegaiban dan penantian, demi kebebasan umat manusia. Seruan langit berkumandang di segala penjuru dunia bahwa era para penguasa dan para pelaku kezaliman telah berakhir serta menyampaikan berita gembira dengan lahirnya era pemerintahan Ilahi yang adil, dan dengan kemunculan Imam Mahdi as.
Seruan dari langit ini menghidupkan harapan dalam hati manusia yang hancur, menjanjikan kebebasan bagi mereka yang kehilangan hak dan dizalimi. Setiap kelompok masyarakat berjuang untuk mendirikan pemerintahan yang sesuai dengan tujuan mereka. Islam, sebagai agama Samawi terbesar, juga berupaya untuk membentuk pemerintahan Islam, menganggapnya sebagai salah satu kewajiban utama.
Nabi Islam terbesar, Muhammad saw, dengan gigih berusaha membangun fondasi pemerintahan Islam di Madinah. Namun, setelah wafatnya Nabi saw, harapan akan pemerintahan Islam hanya terwujud dalam beberapa sumber terbatas yang bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar pemerintahan hingga munculnya Imam Mahdi as dianggap sebagai pemerintahan yang tidak adil.
Sebelum kemunculan Imam Mahdi as, pemerintahan-pemerintahan zalim mendominasi, menyebabkan penderitaan dan kehancuran. Kondisi ini dijelaskan dalam riwayat-riwayat Nabi dan para imam suci. Para pemimpin sewenang-wenang menyebabkan ketakutan dan penderitaan, membuat mereka masyarakat terkekang dalam penjara besar. Riwayat-riwayat menggambarkan bencana besar yang disebabkan oleh penguasa yang zalim dan otoriter.
Nabi saw bersabda, “Akan datang para pemimpin yang sewenang-wenang, para penguasa pengkhianat, para hakim yang fasik, dan para menteri yang zalim.”
Imam Ja’far Shadiq as berkata: “Bagaimana kalian apabila kalian hidup tanpa seorang imam yang mendapat petunjuk dan tiadanya seorang pemimpin, sebagian kalian akan berlepas diri dari sebagian lainnya, maka ketika itulah kalian akan dikalahkan, mengalami bencana dan keguncangan demi keguncangan; ketika itulah dua pedang (kekuatan) bertentangan, suatu pemerintahan berkuasa di awal siang, dan di akhir siangnya dicopot dan diturunkan dari singgasananya.”
Imam Sajjad Ali bin Husain as menjelaskan bahwa ketika masyarakat melihat janji Tuhan terwujud, mereka akan menyadari bahwa penolong yang lemah dan terbatas adalah musuh, sementara Imam Mahdi as dan pendukungnya adalah harapan.
Disarikan dari buku Duet Imam Mahdi & Isa Almasih Memimpin Dunia – Syeikh Najmuddin Thabasi
Sumber: Safinah-Online