Search

Kisah Jatuh Bangun Dwi Aprianto Membangun Usaha Laundry Kota Raja

Kukar, beritaalternatif.com – Pada tahun 2018 lalu, kontrak pekerjaan Dwi Aprianto tak diperpanjang. Padahal, ia baru saja membangun mahligai rumah tangga. Karena itu, perekonomian keluarganya pun terpuruk.

Gaji yang didapatkannya sebagai pengajar di sebuah sekolah swasta di Tenggarong juga tak cukup untuk membiayai dan menghidupi keluarga kecilnya.

Rian pun berinisiatif membantu mertuanya yang memiliki usaha pencucian pakaian (laundry) di Tenggarong. Pasalnya, usaha tersebut mempunyai pelanggan yang relatif banyak. Dia pun menawarkan diri sebagai kurir.

Advertisements

Kala itu, Rian mengajukan kepada mertuanya untuk mengambil keuntungan Rp 1.000 per kilogram. Alih-alih mendapatkan persetujuan dan bantuan dari mertuanya, pria muda ini justru diminta untuk membuka usaha laundry sendiri.

Ia pun menerima saran tersebut, namun dengan pertimbangan yang sangat matang dan panjang. Selain tak memiliki modal yang cukup, Rian tidak mempunyai pengalaman memadai dalam bidang usaha tersebut. Namun, beragam usaha pernah dilakoninya. Dia pernah membuka usaha pentol dan es, tetapi gagal.

Rian acap melibatkan istrinya untuk menyumbang saran. Pendamping hidupnya itu setuju, tetapi juga bingung untuk mendapatkan modal demi mendukung usaha suaminya.

Dia tak kehabisan ide untuk mendapatkan mesin cuci. Ia bermaksud menjual telepon genggam satu-satunya yang selama ini mereka pakai untuk berkomunikasi.

Saat itu, Rian memiliki teman bernama Saiful, yang berprofesi sebagai penyervis mesin suci. Untuk mendapatkan mesin cuci, dia menjual telepon genggamnya. Separuh dari hasil penjualan handphone itu kemudian digunakannya untuk membeli mesin suci.

Niatnya membuka usaha laundry pun terwujud. Rian didukung penuh oleh istrinya. Mereka menamakan usahanya dengan nama Laundry Kota Raja. Keduanya memulai usaha tersebut di Jalan Gunung Belah, Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong.

Kala itu, mereka memasang harga pencucian pakaian Rp 3.000 per kilogram. Belakangan, harga tersebut tak dapat menutupi biaya operasional usahanya, termasuk untuk membayar gaji karyawan. “Karena waktu itu saya tidak punya ilmu untuk usaha, tapi nekat untuk memulai usaha,” terang Rian kepada beritaalternatif.com baru-baru ini.

Sebagai pengusaha yang baru membuka usaha laundry, ia sempat berpikir bahwa usaha yang digelutinya itu sangat mudah karena hanya mencuci, menyetrika, dan melipat pakaian.

Tetapi, kenyataannya Rian menghadapi beragam tantangan saat merintis usahanya. Salah satunya, dia kesulitan mendapatkan modal usaha untuk membeli mesin pengering. Pelanggan yang hendak mendapatkan hasil pencucian cepat (express) pun ditolaknya. “Saya dulu tidak tahu kalau laundry punya mesin pengering,” ucapnya.

Usahanya juga tak berjalan mulus. Saat memulai usaha tersebut, dalam sepekan Rian tak mendapatkan pelanggan. Namun, dia tak berkecil hati. Ia menerapkan strategi baru. Rian memanfaatkan hari-hari libur kerja untuk mencari dan mendapatkan pelanggan baru.

Dua pekan setelah membuka usaha, dia mendapatkan telepon dari seseorang yang bertempat tinggal di Perumahan Tanjung Mangkurawang. Orang itu memintanya mengambil pakaiannya di Mangkurawang.

Karyawan Laundry Kota Raja tengah mencuci pakaian pelanggan. (Berita Alternatif)

Kala itu, ia hanya mendapatkan bayaran Rp 12 ribu untuk mencuci, mengeringkan, menyetrika, dan mengantar pakaian pelanggan baru tersebut. Meski begitu, ini merupakan pelecut semangatnya untuk mengembangkan usahanya.

Pada pekan-pekan berikutnya, dari hari ke hari jumlah pelanggannya kian meningkat. “Di bulan pertama alhamdulillah pendapatan per hari itu sudah dapat Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu,” ungkapnya.

Dengan bermodal pendapatan dari mengajar di salah satu sekolah swasta di Tenggarong serta usaha pencucian pakaiannya, kebutuhan hidup keluarganya kian tercukupi.

Ria kerap mengajarkan kiat bisnis kepada murid-muridnya di sekolah, namun sebagian besar materi yang diajarkannya hanya teori semata. Pasalnya, usaha yang digelutinya masih berskala kecil.

Suatu ketika, di hadapan para muridnya, dia berjanji akan mengundurkan diri sebagai pengajar bila penghasilan dari usahanya mencapai Rp 100 ribu per hari. “Bulan kedua tercapai Rp 100 ribu per hari. Ini sampai bulan ketiga naik menjadi Rp 150,” bebernya.

Jumlah pelanggan yang kian meningkat membuatnya mengambil keputusan untuk menerima karyawan baru. Dia juga memutuskan untuk mengkredit mesin pengering demi melayani pelanggan yang meminta pencucian cepat (express). “Alhamdulillah omzet saya naik gara-gara exspress sampai Rp 300 ribu per hari,” sebutnya.

Istrinya pernah mengungkapkan kerisauannya tak dapat membayar gaji karyawan. Namun, Rian menjawabnya dengan kerja keras. Enam bulan pertama setelah membuka usaha laundry, pendapatan bulanannya mencapai Rp 200 ribu per hari, sehingga setiap bulan dia mengantongi Rp 6 juta sampai Rp 7 juta.

Pada tahun 2019, Rian hendak mengikuti latihan pemasaran (marketing training) di Jawa. Dia ingin mendapatkan ilmu pemasaran secara praktis. Namun, biaya pendaftarannya mencapai jutaan rupiah. Ia pun mengurungkan niatnya mengikuti latihan tersebut.

Selama ini, dia mengakui bahwa sering mengikuti seminar-seminar kewirausahaan. Namun, materi yang disodorkan tak lebih dari motivasi-motivasi untuk terus membangun dan memelihara semangat berwirausaha.

Hal ini berbeda dengan latihan yang diadakan Klinik Wirausaha Pemuda Mandiri (WPM) Kabupaten Kutai Kartanegara (WPM). Dari latihan tersebut, Rian mendapatkan materi tentang cara mengatasi problem-problem bisnis seperti manajemen karyawan, pemasaran, hingga pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) laundry.

“Di Klinik WPM saya diajari bagaimana memulai bisnis. Banyak metodenya. Saya senang. Waktu itu pelatihannya empat hari,” ungkapnya.

Meski berstatus sebagai sarjana di bidang komputer, Rian mengaku tidak memahami teknik pemasaran digital (digital marketing). Setelah mengikuti latihan kewirausahaan di Klinik WPM Kukar, Rian pun mengetahui cara memanfaatkan Google Map dan media sosial.

“Sampai sekarang saya tidak punya IG dan FB pribadi. Saya cuma punya akun untuk usaha. Itu diajari di Klinik WPM,” tutur Rian. (*)

Penulis: Arif Rahmansyah

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
INDEKS BERITA