BERITAALTERNATIF.COM – Partai Nasional Demokrat (Nasdem) mengusung Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa sebagai bakal calon presiden di Pemilu 2024. Hal itu diumumkan dalam penutupan Rakernas Nasdem yang berlangsung di Jakarta, Jumat (18/6/2022) malam.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, pengusungan ketiganya menunjukkan bahwa Nasdem ingin memberikan peluang bagi para tokoh yang tidak memiliki akses yang kuat untuk dicalonkan partai politik sebagai calon presiden di Pemilu 2024.
Hal ini, kata dia, patut diapresiasi karena partai politik adalah institusi yang harus mendengarkan masukan dari publik. “Masalahnya, untuk sampai pada keputusan satu nama, tentu masih dibutuhkan beberapa tahapan,” jelas Burhan sebagaimana dikutip beritaalternatif.com dari kanal Youtube TV One, Sabtu (18/6/2022) siang.
Penentuan satu nama yang akan diusung Nasdem masih membutuhkan waktu yang cukup panjang karena terdapat sejumlah nama yang memiliki elektabilitas yang tinggi dalam survei bakal calon presiden.
Perbedaan elektabilitas Anies, Ganjar, dan Prabowo Subianto dalam berbagai survei lembaga kredibel tidak begitu dominan. Hal ini berbeda dengan Presiden Jokowi saat memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden di Pemilu 2014.
“Beberapa bulan sebelum pemilu itu Pak Jokowi relatif sudah dominan. Begitu juga dengan Pak SBY. Bulan November 2003, Pak SBY sudah merajai survei-survei,” terangnya.
Keputusan Nasdem bisa jadi muncul karena berkaca pada Pemilu 2004 dan 2014. Pasalnya, di dua pemilu tersebut tidak ada petahana yang bertarung di Pilpres.
Pada Pemilu 2019, Nasdem memilih Jokowi sebagai calon presiden tiga tahun sebelum penyelenggaraan pemilu. Saat itu, Jokowi berstatus sebagai petahana.
Sementara pada Pemilu 2014, Nasdem mengusung Jokowi sebagai calon presiden beberapa bulan sebelum pelaksanaan Pilpres.
“Padahal, elektabilitas Pak Jokowi sudah relatif mapan sejak Oktober 2013,” jelasnya.
Apabila Nasdem memutuskan salah satu dari tiga nama tersebut (Anies, Ganjar, dan Andika) lebih cepat, padahal ketiganya belum tentu dicalonkan partai-partai lain, maka Nasdem berpotensi ditinggalkan partai politik yang kini merajai kursi parlemen.
Kata Burhan, pimpinan partai politik di luar Nasdem hanya menominasikan satu nama untuk diusung di Pilpres 2024, yang umumnya berstatus sebagai ketua umum atau elite partai.
Sementara itu, Nasdem hanya memiliki 30% tiket untuk mengusung calon presiden. Jika tidak dikomunikasikan dengan partai lain, maka partai yang dipimpin Surya Paloh tersebut akan kesulitan mencari koalisi.
Kemudian, dinamika elektoral di tingkat publik belum usai. Padahal, pemimpin nasional bisa muncul karena turbulensi, momentum, dan tragedi.
“Tiga hal ini diamati oleh Nasdem. Mumpung masih ada 20 bulan menjelang 2024,” jelasnya. (*)