BERITAALTERNATIF.COM – Asisten Manajer Divisi Humas dan Protokol Perumda Tirta Mahakam Wahono menjawab berbagai kritik dan masukan terkait peningkatan tarif air dari perusahaan tersebut.
Salah satunya, dia menanggapi kritik praktisi dari Kukar La Ode Ali Imran terkait kebocoran air yang mestinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan Perumda Tirta Mahakam.
Pihaknya telah menindaklanjuti dengan serius kritik dan masukan tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa terdapat 3 hal yang menyebabkan kebocoran air di Perumda Tirta Mahakam.
Pertama, usia pipa yang sudah tua namun belum dilakukan peremajaan.
Kedua, Perumda Tirta Mahakam mempunyai 34 cabang. Masing-masing cabang tidak terkoneksi. Semuanya mempunyai jalur operasional masing-masing.
Ketiga, faktor eksternal seperti pembangunan di Kukar yang secara tidak langsung berdampak pada pipa air. Hal itu dapat menguras biaya yang cukup besar dalam proses produksi dan distribusi air.
Wahono mencontohkan kegiatan pembangunan di Simpang Tiga Lampu Merah Pulau Kumala yang mengakibatkan kebocoran pipa air Perumda Tirta Mahakam.
“Itu juga salah satu yang menyumbang cukup tingginya kebocoran di pipa kita,” ungkapnya saat diwawancarai wartawan Berita Alternatif pada Rabu (13/3/2024).
Dia menegaskan bahwa Perumda Tirta Mahakam telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah tersebut.
Manajemen dan direksi juga sudah menginstruksikan seluruh kepala cabang dan manajer agar terus melakukan efisiensi.
“Kita terus berupaya untuk melakukan penekanan-penekanan biaya produksi dan biaya distribusi,” ujarnya.
Selain itu, ia menjelaskan, Perumda Tirta Mahakam membangun kerja sama dengan Akatirta untuk meningkatkan kapasitas di bidang penanggulangan kebocoran air.
Perumda juga melakukan kegiatan workshop, pelatihan, dan simulasi di lapangan. “Jadi, tidak hanya berdiam diri,” tegasnya.
Ia menyebut langkah yang diambil Perumda Tirta Mahakam selama beberapa tahun terakhir telah membuahkan hasil.
Selama 10 tahun terakhir pihaknya tak pernah menyesuaikan tarif air. Hal ini merupakan buah dari berbagai langkah positif yang sudah diambil Perumda Tirta Mahakam.
“Kita juga tidak pernah melakukan permintaan macam-macam ke pelanggan,” ujarnya.
Beberapa langkah lain yang akan terus diambil Perumda, lanjut Wahono, melakukan investasi bersama pemerintah dalam bentuk bangunan, peningkatan kapasitas, dan penambahan jaringan distribusi.
Pelayanan air bersih dari Perumda Tirta Mahakam juga menyasar desa-desa di Kukar. Pihaknya menggandeng sejumlah organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemkab Kukar seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Perkim.
“Artinya, upaya itu yang harus dilihat; bahwa semangat untuk melayani kebutuhan air bersih di Kutai Kartanegara terus berevolusi di bawah kepemimpinan Pak Suparno,” terangnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, jelas dia, Perumda Tirta Mahakam terus meningkatkan pelayanan air bersih di 193 desa yang tersebar di wilayah Kukar.
Ia menjelaskan bahwa sebagian desa yang belum terlayani Perumda Tirta Mahakam akan dilayani melalui Pamsimas.
“Hampir 90 persen seluruh masyarakat desa ini sudah terlayani,” ungkapnya.
Dari berbagai langkah tersebut, Wahono menegaskan, Perumda Tirta Mahakam tak semat mengejar profit dalam menyediakan air bersih untuk masyarakat.
“Kita tidak mengejar profit oriented, tapi kita memang mengejar keterjangkauan masyarakat akan air bersih supaya bisa dilayani,” tutupnya.
Sebelumnya, kenaikan tarif air yang baru-baru ini diterapkan Perumda Tirta Mahakam menuai respons dari berbagai pihak, salah satunya La Ode Ali Imran, seorang praktisi yang pernah terlibat aktif dalam bidang tersebut.
Dia mengatakan bahwa kenaikan tarif air perlu dianalisis secara cermat agar tidak memberikan beban berlebihan kepada masyarakat.
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh pihak Perumda Tirta Mahakam, dia menyebut kenaikan tarif air didasarkan pada pendapatan dan biaya produksi yang tergolong timpang.
“Memang ini salah satu masalah yang harus dituntaskan,” ujarnya, Jumat (8/3/2024).
Ia menyebut terdapat persoalan yang belum bisa diselesaikan oleh Perumda Tirta Mahakam, salah satunya air yang terbuang cukup tinggi.
Berdasarkan data yang diterimanya, air yang diproduksi perusahaan pelat merah tersebut mencapai 4.783.973 M3, air distribusi 4.383. 845 M3, dan air terjual 2.778.477 M3.
Berdasarkan data tersebut, La Ode menyimpulkan bahwa terdapat selisih 1.605.368 M3 yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan Perumda Tirta Mahakam.
“Seharusnya bisa dijual dan hasilnya akan mempengaruhi penghasilan Perumda Tirta Mahakam sendiri, bahkan bisa membantu menekan tingginya biaya operasional,” sarannya.
Dia menjelaskan bahwa kelompok rumah tangga B umumnya memiliki jumlah pemakaian tak lebih dari 10 M3 per bulan.
Ia menyebut satu kubik air harganya setara dengan Rp 3.400. Bila dikalikan dengan air terbuang yang mencapai 1.605.368, maka Perumda Tirta Mahakam bisa menerima pendapatan tambahan Rp 5,458 miliar.
Jika menggunakan penghitungan tarif penggunaan warga di atas 25 M3 dengan harga Rp 4.250, yang kemudian dikalikan 1.605.368, maka Perumda akan mendapatkan Rp 6,822 miliar dari kebocoran air tersebut.
“Ini kita masih hitungan tarif lama. Kalau pakai tarif baru bisa lebih gede dari ini uang yang seharusnya masuk pada Perumda Tirta Mahakam,” tegasnya.
La Ode pun menyarankan Perumda Tirta Mahakam mencari cara yang tepat untuk menekan kebocoran air yang tergolong tinggi tersebut sehingga dapat dijual kepada masyarakat Kukar.
“Cukup disayangkan ada problem mendasar tidak teratasi. Ini seharusnya dapat digunakan untuk menekan tingginya biaya operasional,” tegasnya.
Solusi lain, kata dia, menekan biaya operasional. Langkah ini dapat menjadi pilihan tepat selain menaikkan tarif air.
“Negara jangan berbisnis dengan rakyatnya, apalagi air bersih merupakan kebutuhan pokok rakyat yang sudah semestinya difasilitasi oleh negara melalui Perumda,” pungkasnya. (jt/fb)