BERITAALTERNATIF.COM – Anggota DPRD Kaltim dari Dapil Kukar Salehuddin mengadakan sosialisasi wawasan kebangsaan di Desa Loa Lepu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kukar, pada Senin (28/11/2022).
Sosialisasi yang dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta tersebut menghadirkan narasumber dari Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong, Suroto.
Kegiatan yang berlangsung secara dialogis antara peserta dan narasumber serta dipandu oleh Masrani ini ditandai dengan tanya jawab antara peserta, narasumber, dan Salehuddin.
Sosialisasi konsensus kebangsaan Indonesia, yang meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI ini dimulai pukul 09.00 Wita dan berakhir pukul 12.10 Wita.
Dalam sambutannya, Salehuddin mengaku sudah berkali-kali melakukan sosialisasi dan pertemuan di Desa Loa Lepu. “Mudah-mudahan ke depan kita bisa terus bersilaturahmi,” harapnya.
Kata dia, sosialisasi wawasan kebangsaan merupakan program DPRD Kaltim periode 2019-2024. Kegiatan ini dinilai penting di tengah revolusi teknologi informasi.
“Wawasan kebangsaan anak-anak kita, bahkan kita semua, mengalami kemunduran,” katanya.
Karena itu, politisi Golkar ini mengatakan bahwa sosialisasi wawasan kebangsaan tidak hanya ditujukan kepada pelajar, mahasiswa, dan pemuda, tetapi juga masyarakat Kaltim.
“Bagaimana pun, era industri telekomunikasi ini membuat kita lebih mudah melaksanakan sesuatu atau program, tapi juga teknologi informasi ini bisa menjadi bala bencana bagi kita,” ucapnya.
Setiap hari, lanjut dia, masyarakat disuguhi dengan berbagai informasi yang beragam. Namun, informasi-informasi tersebut tidak selalu mencerminkan kebenaran.
Salehuddin mengungkapkan, saban hari terdapat 8.500 informasi hoaks yang tersebar di media sosial serta platform digital lainnya.
Tanpa disadari, menurut dia, hal ini memenuhi beranda-beranda media sosial masyarakat Kaltim yang aktif berselancar di jagat maya.
“Ada juga pornografi dan porno-aksi, bahkan ada anak-anak siswa yang menerjang ibu-ibu. Ini merupakan kekerasan yang dipertontonkan di media sosial,” sesalnya.
Ia berpendapat, fenomena tersebut merupakan gambaran bahwa nilai-nilai kebangsaan di Indonesia kian tergerus.
“Ini semua harus kita lawan. Caranya, kita harus membangun literasi digital yang baik,” sarannya. (um)