Beirut, beritaalternatif.com – Seorang petinggi Hizbullah Lebanon mengatakan, ketegangan yang diciptakan oleh Riyadh merupakan bagian dari kekhawatiran Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dari jatuhnya Marib (Yaman) ke tangan Ansarullah.
Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Sayid Hashem Safi al-Din menuturkan, tidak masuk akal jika ketegangan ini terkait dengan sebuah pernyataan, tetapi lebih besar dari itu.
“Apa yang terjadi di Saudi adalah sebuah kejadian besar, karena Saudi dan secara umum negara-negara Teluk Persia—yang mengejar hubungan dengan Israel—di masa depan tidak dapat menerima jika Lebanon atau negara lain mengkritik hubungan Saudi-rezim Zionis, sesuatu yang akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang,” katanya seperti dikutip laman Farsnews, Minggu (31/10/2021).
Menurut Sayid Safi al-Din, Putra Mahkota Saudi hidup dalam kecemasan. Ia akan menghadapi kesulitan besar setelah jatuhnya Marib.
“Mohammed bin Salman takut dan khawatir atas lenyapnya semua ilusinya, dan apa yang dihadapi Lebanon bersumber dari ketakutan bin Salman,” tuturnya.
Dia menegaskan, siapa pun yang berusaha menciptakan krisis agar pemerintah tidak bisa bekerja atau menyerang stabilitas Lebanon atau mendorong peningkatan sanksi AS atau Saudi, mereka adalah orang-orang yang ingin menghancurkan Lebanon.
“Kami telah berusaha dan berkorban agar negara kita tidak terseret ke dalam perang saudara. Untuk itu, kami telah menangani masalah ekonomi dan persoalan internal Lebanon,” tandasnya.
Pejabat Hizbullah ini menganggap mereka yang berusaha menciptakan krisis keamanan, diplomatik, dan politik, adalah orang-orang yang bekerja untuk menyabotase Lebanon.
Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi menarik duta besarnya dari Beirut dan meminta duta besar Lebanon untuk meninggalkan Riyadh.
Ketegangan ini muncul setelah Menteri Informasi Lebanon George Kordahi dalam sebuah acara televisi, mengecam serangan koalisi Saudi ke Yaman dan mendesak penghentian agresi tersebut. (parstoday/ln)