Pemanfaatan Nyamuk Wolbachia

Nyamuk Wolbachia. (Kemenkes.go.id)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Fakta seputar nyamuk Aedes Aegypti berteknologi Wolbachia yang lagi ramai dibahas di mana telah disebar di beberapa daerah untuk menekan penyebaran demam berdarah (dengue). Ada juga dugaan nyamuk ini berbahaya lantaran mengandung bakteri hasil rekayasa genetik.

Menyoroti hal tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Prof Aryati mengatakan pemanfaatan nyamuk Wolbachia untuk mengantisipasi demam berdarah telah melalui penelitian panjang. Di mana penelitian sudah berlangsung sejak 2011, dilansir Republika.

Prof Aryati juga menjadi bagian dari tim ahli yang melakukan kajian risiko Wolbachia oleh Kementerian Kesehatan.

Prof Aryati memastikan, proses pemantauan terkait nyamuk Wolbachia masih tetap berlangsung hingga saat ini. Selain Indonesia, ada negara lain yang telah menggunakan inovasi nyamuk ini.

“Seperti Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, hingga Meksiko,” ujarnya, Rabu (6/12/2023).

Dijelaskan, Wolbachia merupakan bakteri alami. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang secara alami ada pada serangga seperti kupu-kupu, lalat, dan lebah. Wolbachia merupakan salah satu teknologi biologis untuk pengendalian nyamuk demam berdarah.

“Tapi yang paling terkenal kandungan Wolbachia ada di lalat buah drosophila melanogaster,” ujar Prof Aryati.

Uniknya, lanjut dia, nyamuk Wolbachia ini menghasilkan siklus yang berbeda saat proses perkawinan. Nyamuk Wolbachia jantan yang kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti non Wolbachia betina maka tidak akan menghasilkan telur yang menetas. “Nyamuknya jadi mandul ya, tidak bisa menghasilkan keturunan,” kata Prof Aryati.

Nyamuk Wolbachia betina yang kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti non Wolbachia jantan maka akan menghasilkan telur dengan gen Wolbachia. “Sama halnya kalau nyamuk Wolbachia jantan dan betina yang kawin, mereka akan menghasilkan telur yang menetas dan ber-Wolbachia,” ucapnya.

Setelah melalui penelitian panjang, terbukti bahwa keberadaan nyamuk Wolbachia mampu menurunkan kasus demam berdarah sebesar 77,1 persen. Selain itu jumlah perawatan di rumah sakit akibat demam berdarah mengalami penurunan sebanyak 86 persen.

Prof Aryati pun menjelaskan ragam manfaat keberadaan nyamuk Wolbachia. Meski nyamuk tersebut mengandung bakteri namun bakteri tidak bisa menginfeksi manusia.

“Bakterinya tidak mungkin pindah, karena bakteri hanya berada pada tubuh nyamuk saja. Kalau tergigit nyamuk Wolbachia tidak akan menyebabkan manusia sakit,” papar Aryati.

Dia mengatakan, nyamuk Wolbachia tidak mengurangi populasi nyamuk Aedes Aegypti. Namun dengan adanya nyamuk ini, akan menekan penyebaran virus dengue yang dapat terbawa oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Prof Aryati mengatakan, nyamuk ini menjadi pelengkap dari program 3M Plus milik pemerintah. Ia pun berpesan kepada masyarakat untuk tidak khawatir terhadap keberadaan nyamuk Wolbachia.

“Masyarakat tidak perlu khawatir. Kalau terlanjur tergigit tidak apa-apa, karena bakteri nyamuk tidak berpindah ke manusia,” kata dia. (nn/nsa)

Sumber: Republika

Kunjungi Berita Alternatif Di :

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


BERITA TERKAIT

PALESTINA
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA